Monday, July 11, 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KEHILANGAN PENDENGARAN

KONSEP DASAR

A. KONSEP MEDIS

Defenisi

Tuli atau gangguan dengar dalam kedokteran adalah kondisi fisik yang di tandai dengan penurunan atau ketiddakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara.

Kehilangan pendengaran

Ada dua jenis pendengaran yaitu :

· kehilangan konduktif terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti impaksi serumen, atau kelainan telinga tengah seperti otitis media atau otosklorosis .

· kehilangan sensoris , melibatkan kerusakan kokhle atau saraf vestibulokoklear.

Selai kedua kehilangan tersebut, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran campuran. pasien dengan kehilangan campuaran mengalami baik konduktuif maupun sensorineural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara suara fungsional bersifatdengan perubahan struktur inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan sruktur mekanisme pendengaran yang dapat di deteksi.

Gelombang suara di transmisikan dari gendang telinga (timpani ) melalui tulang pendengaran kefenestra vestibuli (tingkat oval) alat transmisi ditelinga tengah bekerja sebagai pengubah inpedansi. Tanpa hal itu , 98% energi suara akan direfleksikan keluar karena perbedaan reistensi yang nyata pada gelombang suara di udara dan dicairean telinga dalam . invaginasi venestra vestibuli secara bersamaan evaginasi venestra koklea (tingkat bundar).gendang telinga normalnya melindungi venestra koklea dan gelombang suara dari luar dan menjalarkan energi suara terutama ke venestra vcestibuli. Gelombang suara dapat juga ditransmisikan ketulang tengkorak sehingga merangsang telinga dalam . namun, proses ini membutuhkan energi suara yang lebih besar.

Getaran fenestra vestibuli menghasilkan gelombang ytang berjalan di telinga dalam, yang mula-mula menjalar di sepanjang skala vestibuli. Steresilia pada sel raambut dalam dan luar dibengkokkan oleh penonjolan keluar septum koklea dengan membran basiler dan organ corti pada tempat yang tergantung frekuensi . hal ini menyebabkan pembukaan kanal K⁺ di membran sel . stereosilia sel rambut terendam didalam endolimfe yang memiliki konsentrasi K yang sangat tinggi .K⁺ disekresi oleh sel epitel steriel vaskularis, oleh kotranspor Na⁺ -K⁺|- 2CL dan Na ⁺ /K⁺-ATP pase di membran yang menghadap lumen, dan oleh kanal K ⁺ dilumen . jika kanal K⁺ dimembran sel rambut terbuka , K⁺ akan masuk ke sel dan mendepolarisasinya , depolarisasi ini kemudian memicu pelepasan terutama disel rambut dalam . dengan berkontraksi , sel rambut rambut akan menningkaytkan gelombang setempat dan begitu juga dengan jumlah perangsangan sel rambut.

Etilogi

Robekan pada gendang telinga, lesi pada tilang pendengaran , atau imobilisasi alat konduksi , misalnya disebabkan oleh infeksi purulenn ditelinga tengah akan menghambat transmisi ke fenestra vestibuli. Selain itu, bila terdapa lubang di gendang telinga,fenestra koklea tidak akan lagi terlindungi, hal ini menyebabkan tuli tellinga tengah. Sementara konduksi melalui udara terganggu, konduksi tulang tetap normal

Sel rambut dapat di rusak oleh tekanan suara (akibat terpapar oleh suara yang telalu keras untuk jangka waktu yang terlalu lama )dan iskemia. Untunglah karena kandungan glikogen yang tinggi, sel mrambut dapat berrtahan terhadap iskemia untuk waktu yang singkat melalui glikolisis anaerob. Sel rambut dapat juga dirusak oleh obat tertentu seperti antibiotik aminoglikosida dan agen kemoterapeutik sisplatin, yang melalui stria vaskularis yang akan terakumulasi di endolimfe . hal ini menyebabkan tulin telinga dalam yang akan dipengaruhi sehingga kemampuan untuk membedakan berbagai nada frekuensi yang lebih terganggu. Akhirnya, depolarisasi sel rambut dalam yang tidak adekuat dapat menghasilkan sensasi suara yang tidak biasa dan mengganggu( tinitus subyektif ). Hal ini juga dapat di sebabkan oleh eksitasi neuron yang tidak adekuat pada jaras pendengaran atau koteks auditori. Kekakuan membran mengganggu mikro mekanis sehingga mungkin berperan dalam ketulian pada usia lanjut. Tuli telinga dalam juga dapat di sebabkan oleh dapat oleh sekresi indolimfe yang abnormal. Jadi, loop diuretich pada dosis tinggi tidak hanya mengganggu kontrasnpor natrium, kalium, klorida ginjal, tetapi juga di pendengaran. Selain itu kelainan genetik ( tetapi jarang) pada kanal di lumen juga telah di ketahui menyebabkan hal tersebut. Kanal kalium yang terdiri atasdua subunit( IsK/KvLQTI), yang juga di ekspresikan di jantung( serta pada organ lain ), berperan dalam proses repolarisasi. Defek IsK/KvLQTI tidak hanya menyebabkan ketulian, tetapi juga perlambatan prepolarisasi miokardium( interval QT memanjang ). Gangguan penyerapan indolimfe juga dapat menyebabakan tuli. Runag indolimfe menjadi menonjol keluar sehingga mengganggu hubungan sel rambut dan membran tektorial ( udema endolimfe). Akhirnya, peningkatan permeabilitas antara ruang indolimfe dan perilimfe mungkin berperan dalam penyakit meniere yang ditandai oleh serangan tuli dan vertigo.

Pendekatan Psikososial

Gangguan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan sikap, kemampuan berkomunikasi dan kepekaan terhadap lingkungan dan bahkan kemampuan untuk melindungi diri sendiri. Di dalam rung kelas, pelajar dengan pendengaran dapat menunjukan ketidaktarikan, kurang perhatian dan kegagalan. Orang akan merasa terasing di rumah karena ketidakmampuannya mendengar bunyi loncenng atau kendaraan yang melintas. Individu Yang menderita kehilangan pendengaran dapat melewatkan sebagian percakapandan merasa yakin bahwa orang lain membicarakan dirinya. Bahakan banyak individutidak menyadari bahwa pendengaran secara bertahap milai terganggu

Tidak jarang individu dengan gangguan pendengaran menolak mencari pertolongan pertolongan medis. Oleh karena rasa tgakut bahwa kehilangan pendengarannya merupakan tanda usia lanjut, banyak oarang mengenkan alatbantu dengarf. Seedangkan oramg lain mersa kurang percaya diri bila menggunakan alat bantu. Pasien yang melakukan intropeksi diri biasanya akan menanyakan kepada oarng yang di ajaknya berkomunikasi untuk memberitahu bila terjadi kesulitan komunikasi. Perwat harus ingat bahwa keputusan mengenakan Alat bantu dengar adalah sangat pribadi dan sangat di pengaruhi oleh sikkap dan perilaku oarang tersebu.

Pendengaran Gerontologi

Bersama proses penuaan dapat terjadi perubahan dalam telinga yang kemudian dapat mengarah ke defesit pendengaran. Beberap perubahan terjai pada telinga kecuali bila serumen cenderung bila menjadi keras, lebih kering sehingga sehingga terjadi peningkatan kemungkinan impaksi. Pada telinga tengah membran timpani dapat menjadi atropi atropi atau atau menjadi sklerotik. Telinga tengah dapat mengalami degenerasi sel pada dasar kokle. Manifestasinya dapat benar kehilangan kemampuan suara berfrekuensi tinggi diikuti oleh kemudian kehilangan frekuensi menengah dan mudah. Istilah presbikusis di pakai untuk menerangkan kehilangan pendengaran yang progresif ini . namun presbikusis merupakan diagnosis beksklusi, sehingga penyebab kehilangan pendengaran sensori neural lainnya harus mudah di singkirkan. Tanda awal kehilangan pendengaran bisa meliputinitus, peningkatan ketidakmampuan mendengar pada pertemuan kelompok dan perlu mengeraskan volume televisi. Penyebabnya tidak di ketahui dan hubunganya dengan diet, metabolisme, aterioklerosis, stres dan keturunan tidak konsisten.

Faktor lain yang mengaruhi pendengaran pada populasi manula, seperti pemajanan sepanjang hidup , terhadap suara keras( jet,senjata api, mesin dll). Beberapa obat seperti aminoglikosida dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik karena gangguan ginjal dapat menyebabkan perlambatan ekskresi obat pada ada manula. Banyak manula menelan quinin untuk mengatasi kram tungkai yang dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sensori neural .

Perawatan manula meliputi penemuan reaksi emosional sehubungan dengan kehilangan pendengaran seperti:

1. kecurigaan terhadap orang lain akibat ketidakmamuan mendengar dengan baik

2. frusrasi dan kemarahan dcengan pengulangan pernyataan seperti “saya tak mendengar ya ng kau ucapkan”

3. perasaan tidak aman karena ketidakmampuan mendengar terlepon atau tanda bahaya .

berfrekuensi tinggi akan membuat keadaan akan menjadi lebih buruk. Sebaliknya strategi seperti berbicara kearah telinga yang gangguannya lebih ringa, menggunakan sikap tubuh dan ekspresi wajah dapat membantu.

Kebisingan dan Efeknya pada Pendengran

Kebisingan telah diidentifikasi sebagai salah satu lingkungan pada abad ke-20. Dalam istilah dampak fisik, suara keras dan menetap terfbukti menyebabkan konstriksi pembuluh darah perifer, peningkatan tekanan darahdan kecep[atan denyut jantung( akibat sekresi adrenalin ) dan peningkatan aktivitas gvastgrointestinal.

Banyak faktor lingkungan mempunyai efek buruk Pada sistem auditorius dacn dengan berla ngsungnya waktu menngakibatkan kehilangan pendengaran sensorineural permanen. Mekanisme yang paling sering adaclah kehilanagan pendengaran yahng di induksi oleh kebisingan. Namun untungnya adalah kelainan yan g dapat di cegah. Istilah kehilangan pendengaran yang diinduksi oleh kebisingan di gunakan untung menjelaskan kehilangan pendengaran yang terjadi setelah pemajanan jangka lama terhadap kebisingan keras, sementara trauma akustik merujuk kepada kehilngan pendengaran akibat pemajanan tunggal terhadap kebisingan yang sangat intens seperti ledakan. Biasanya kehilangan suara yang diinduksi kebisisngan terjadi pada frekuensi tinggi ( sekitar 400 HZ), meskipun dengan pemajanan kebisingan terus-menerus kehilangan pendengaran dapat menjadi lebih berat dan meliputi pula frekuensi di sekitarnya. Tingkkat kebisingan minimal di ketahui menyebabkan kehilangan pendengaran yang di induksi oleh kebisingan, tanpa emperhatikan durasinya, sekitar 85-90 dB.

B. KONSEP KEPERAWATAN

- pengkajian fisik

aurikulus dan jaringan sekitarnya di inspeksi adanya deformitas, lesi dan cairan begitu pula ukuran, simetri dan sudut penempelan kepala. Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus di curigai adanya otitis eksternal akut . nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukan mastoiditis akut atau inflamasi nudus aurikula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus ( deposit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjukan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula kulit kepala dan struktur wajah.

Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membran timpani, kepala pasien sedikit di jauhkan dari pemeriksa. Otoskpop di pegang dengan satu tangan lainnya dengan mantap dan di tarik keatas, kebelakang dan sedikit keluar. Cara ini akan membuat lurus kanal pada orang dewasa, spekulum di masukan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga dan mata di dekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membran timpani. Spekulum terbesar yang dapat di masukan ke telinga( biasanya 5 mm pada orang dewasa) di pandu dengan lembut ke bawah ke kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan di tutupi selapis epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri.

Setiap adaya cairan, inflamasi atau benda asing di dalam kanalis auditorius eksternus di catat. Membran sehat berwarna mutiara keabuan dan terletakk obikpada dasar kanalis, pars tens dan kerucut cahaya umbo, manubrium mullci dan prosesus brevis. Gerakan memutar lambat spekulum memungkikan penglihatan lebih jauh pada lipatgan mulci dan daerah perifer. Posis dan warna membran begitu juga tanda yang tidak bisa ada deviasi kerucut cahaya di cata, adanya cairan gelambung udara,, atau masa di telinga tengah.

Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus dan membran timpani yang baik hanya hanya dapat di lakukan bila kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen normalnya terdpat di kanalis eksternus dan bila jumlahnya sedikit tidak akan menganggu pemariksaan otoskop. Bila membran timpani tak dapat di lihat karena adanya serumen , kanalis eksternus harus di irigasi dengan lembut bila tak ada kontraindikasi. Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen yang dapat di beli bebes dapat di teteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstrusikan kembali lagi untuk pengambilan serumen dan inspeksi tellinga. Penggunaan instrumen seperti kuret serumen untuk mengnagkat serumen hanyya boleh di lakukan ooleh ahli otolaringologi atau plerawat yang telah di latih spesialis karena dapat terjadi bahaya pervorasimembran timpani dandan eksroasikanalis auditorius eksternus . penumpiksn serumen merupakan penyebab biasa dari kehilangan pendengaran dan iritasi lokal

Ketajaman auditorius

Perkiraan pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarakan bisikan kata atau detakan jam tangan. Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh. Agar telinga uang satunya tak mendengar pemeriksa menuuutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak satu sampai dua kaki dari telinga yang takm tertutup dan diluar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan , pemerioksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sam dari aurikulus pasien . karena jam tangan menghgasilkan suara dengan nada yang lebuh tinggi dari pada suara bisikan, maka kurang dapat di percaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius

· Penggunaan uji weber dan rine

`uji weber memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya laterasi suara . sebuah garpu tala di pegeng erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau per gelangan tangan pemeriksa. Kemudian di letakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apkah suara terdengar ditengah kepela, diteliga kanan atau kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga, atau menejlaskan bahwa sura terpusat ditelinga kepala. Bila ada kehilanga pendengaran konduktif (otosklerosis, ototiits media) suara akan lebih jelas terrjelas pada sisi yang sakitt. Ini di sebabkan kafrena obstruksi akan menghambat ruang suara , sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan mengalami lateralisasi ketelinga yang pendengarannya lebih baik . uji weber berguna untuk kasusu kehilangan pendengaran unilateral.

· Uji rinne

Gagang garpu tala yang bergetara di tempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (kondusi tulang ) sampai pasien tidak mampu lagi mendegar suara. Kemudian garpu tala di pindahkan 1 inci dari meatus kanalis audotorius eksternus (konduksi udara ) pada keadaan nkormal pasien dapat terus mendengarkan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlangsung lebih lama dari konduksi tulang pada kehilangan pendengaran konduktif konduksi tulang akan melebihi koduksi udara, begitu konduksi melalui tulang temporal telanh menghilang , pasien sudah btak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa . sebaliknya kehilangan pendengaran sesori neural memingkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang meskipun keduanya merupakan konduktor yang buruk dan segala suara di terima seperti sangat jauh dan lemah .

Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler

Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran , audimeter adalah satu-satunya instre-umen diagnostik yang paling penting. Uji audiometri ada dua macam:

1. Audiometri nada murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni, atau musik( semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pendengarannya).

2. Audimetri wicara, di mana kata yang di ucapkan di gunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan membedakan suara.

Ahli audilogi melakukan uji dan pasien m,menggunakan earphone dan sinyal mengenai nada yang di dengarkan. Ketika nada di pakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksternus, kta mengukur konduksi udara. Bila stimulus di berikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi saraf.

Frekuensi merujuk pada jumlah gelombang suara yang di hasilkan oleh sumber bunyi perdetik-sikluus perdetik atau Hz. Telinga manusia mampu mendengar suara dengan kisaran fe=rekuensi dari 20-20.000 Hz. Frekuensi dari 500 -2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari.

Timpanogram atau audiometri impedans , mengukur refleks otot telinga tengah terhadap stimulus suara. Selain kelenturan membran timpani dengan mengubah tekanan udara dalam kanalis telinga tertutup. Kelenturan akan berkurang pada penyakit telinga tengah .

Elektrokokleografi( EcoG) adalah perekaman potensial elektrofisiiologis koklea dan nervus kranialis VIII sebagai respons stimuli akustik. Rasio yang di hasilkan di gunakan untuk membantu dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan telinga dalam seperti meniere dan fistula perilimfe. Prosesdur ini di lakkan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan koklea, baik di kanalis auditorius eksternus tepat di dekat membran timpani atau melalui elektroda transtimpanik yang di letakan melalui memmbrana timpani dekat membran jendela bulat. Untuk persiapan pengujian, pasien di minta untuk tidak memekai di uretika selama 48 jam sebelum uji di lakukan sehingga keseimbangan cairan di dalam telinga tidak berubah.

Elektronistagmografis ( ENG) adalah pengukuran dan grafik yang mencatat perubahan potensial elektris yang di timbulkan oleh gerakan mata selama nistagmus yang di timbulkan secara spontan, posisional atau kaloris. Di gunakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan vetibular dan interaksi yang terjadi antara keduanya. Misalnya, pada bagian kalori uji ini, udara atau air panas dan dingin ( uji kalori bitermal) di masukan ke kanalis auditorius eksternus, dan kemudian gerkan mata di ukur. Pasien di posisikan sedemikian rupa sehingga kanalis semisirkkularis lateralis paralel dengan medan gravitasi dan duduk sementara elektroda di pasang pada dahi dan dekat mata. Pasian di minta tiddak meminum supresan vestibuler seperti sedativa, penenang, antihistamin, atau alkohol,begitu pula stimulan vestibuler seperti kafein, selama 24 jam seperti pengujian. ENG dapat membantu diagnosis kondisi seperti penyakit meniere dan tumor kanalis auditoris internus atau fosa posterior.

Posturorgrafis platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol postural. Di uji iintegrasi antara bagian visual vestibuler dan proprioseptif( integrasi sensoris) dengan keluaran respons motoris dan koordinasi anggota bawah. Plasien berdiri pada panggung ( platform), di kelilingi layar, dan berbagai kondisi di tampilkan seperti panggung bergerak dengan layar bergerak. Respons pasien terhadap 6 kondisi yang berbeda di ukur dengan menunjukan sistem mana yang terganggu. Persiapan ini sama dengan pada ENG.

Percepatan hormoni sinusoidal ( SHA), sinusoidal imonik acceleration ), atau kursi berputar, mengkaji sistem vestibulookuler. Dengan menganalisis gerakan mata pensatorissebagia respon putaran searah atau berlawanan arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA tak dapat mengidentifikasisisi dari lesi pada penyakit unilateral namn sangat berguna untuk mengidentifikasi adalah penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya.

Berkomunikasi pada kerusakan Pendengaran

Saran berikut dapat membuat komunikasi lebih baik dengan penderita gangguan pendengaran yang wicara sulit pahami.

  1. pusatkan seluruh perhatiian pada apa sedang di katakannya.
  2. Libatkan pembicaraan dalam percakapan bila memungkinkan untuk mengantisipasi jawaban.
  3. Cobalah mencari konteks intinya tentang apa yang sedang di katakannya; anda kemudian dapat mengisi detil dari konteks tersebut.
  4. Jangan mencoba berpura-pura mengerti bila anda tidak mengerti.
  5. Bila anda tak mampu memahami atau mengalami keraguan berat mengenai kemampuan memahami apa yang dikatakannya, lebih baik memintanya menuliskan pesan yang ingin disampaikan daripada mengambil resiko salah pengertian.

Anjuran agar komunikasi lebih baik dengan dengan penderita gangguan pendengaran yang dapat membaca gerak bibir adlah sebagai berikut :

  1. Ketika berbicara, anda harus menatap orang tersebut selangsung mungkin.
  2. Yakinkan bahwa wajah anda tampak sejelas mungkin, posisikan diri anda sedemikian rupa sehingga wajah anda mendapat pencahayaan yang memadai, hindari terhalang oleh bayangan cahaya yang terlalu terang, jangan menutupi penghlihatan orang tersebut terhadap mulut anda dengan cara apapun, hindari berbicara sambil mengunyah sesuatu dalam mulut anda.
  3. Yakinkan bahwa pasien mengetahui topik atau subjek ekspresi verbal anda sebelum meneruskan dengan apa yang anda rencanakan untuk diucapkan-ini memungkinkan-orang tersebut menggunakan petunjuk kontekstual dalam membaca gerak bibir.
  4. Berbicara secara perlahan dan jelas, dengan jeda yang lebih sering dibanding bila berbicara normal.
  5. Bila anda ragu apakah beberapa petunjuk atau instruksi telah di paham, lakuakan pengecekan untuk meyakiinkan bahwa pasien telah memahami secara penuh pesan anda.
  6. Bila mulut anda terpaksa di tutup dengan alasan apapun dan wajib anda memberi arahan atau instruksi kepada pasien, maka tak ada jalan lain kecuali anda harus menulis pesan yang ingin anda sampaikan

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN INDIVIDU

No.RM :………………..

Tanggal :……………….

Tempat :……………….

I. DATA UMUM

1. Identitas klien

Nama : Tn. X

Umur : 65 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

TTL : Kendari, 1 Februari 1944

Status perkawinan : menikah

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Buruh Pabrik

Alamat : Lorong Melati No. 5 Blok E

Tanggal Masuk RS : 29 April 2009

Golongan darah : A

Agama : Islam

Suku : Tolaki

Lama Bekerja : 30 Tahun:

Telp : (0401) 327 263

Ruangan : Anggrek

Sumber Informasi : Anak

2. Penanggung jawab/ pengantar

Nama : Tn. M

Pendidikan terakhir : SMA

Alamat : Lorong Melati No. 5 Blok E

Umur: 23 Tahun

Pekerjaan : Buruk Pabrik

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan Utama : klien mengatakan tidak dapat mendengarkan lagi suara secara normal sejak 3 bulan yang lalu

2. Alasan masuk RS : anak klien mengatakan sejak 3 bulan terakhir ini, klien mengalami gangguan pendengaran. Sehingga reaksi emosional klien meningkat seperti sering marah dan selalu curiga terhadap orang lain dan mengurung diri di kamarnya, akibat ketidakmampuan mendengar, sehingga di bawa ke RSUD Prov.

3. Riwayat penyakit :

Provocative : -

Quality : -

Region : -

Severity :

Timing : -

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami

Saat kecil / kanak – kanak : anak klien mengatakan bahwa klien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan pendengaran.masa kecil klien pernah menderita penyakit tonsilitis

Riwayat perawatan : anak klien mengatakan, klien pernah di rawat di RSUD Kab. Konawe sehubungan dengan adanya penyakit tonsilitis

Riwayat pengobatan : anak Klien mengatakan klien pernah di lakukan pembedahan tonsilektomi

2. Riwayat Alergi : anak klien mengtakan, klien tidak pernah alergi terhadap makanan apapun

3. Riwayat Imunisasi : Klien mengatakan imunisasi lengkap

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA




Keteragan :

=laki-laki




= Perempuan

= Meninggal

= Klien

G1 = ayah klien meninggal karena penyakit,

Ibu klien teelah meninggal karena faktor usia

Ayah mertua klien telah meninggal karena faktor usia

Ibu mertua klien telah meninggal karena faktor sakit

GII = Kllien anak k3 dari Tiga bersaudara

Istri klien anak pertama dari 2 bersaudara

GIII =Anak pertama klien beklerja bersama klien di pabrik ,adik klien masih sekolah dan mereka tinggal serumah bersama klien

IV. RIWAYAT PSIKO – SOSIO – SPIRITUAL

1. Pola koping : koping individu klien tak efektif, di tandai klien mengatakan tidak tahan dengan kondisinys seperti ini, klien tamplak putus asa dengan ketidakmampuannya mendengar dan berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat.

2. Harapan dengan penyakitnya : klien dan keluarga berharap gangguan pendengarannya dapat di sembuhkan dan bisa mendengar secara normal.

3. Factor stressor : klien tampak stress, cemas, sering marah serta sering curiga dan tersinggung apabila melihat orang-orang berbicara kemudian tertawa dan klien mengatakan sangat cemas dan takut apabila tidak dapat berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat

4. Konsep diri : klien sangat terganggu karena ketidakmampuannya mendengar dan berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat.klien mengatakan tidak dapat mendengar suara-suara sebagaimana biasanya . Klien mengatakan Suara yang didengar klien terdengar samar-samar, tidak jelas,bahkan klien tidak mendengar sama sekali.Klien tampak sering mengulang kata “apa” kepada lawan bicara. Klien tampak bingung dan tidak nyambung dalam berkomunikasi

5. Pengetahuan klien

tentang penyakitnya : anak klien mengatakan, klien dan keluarga tidak mengetahui tentang hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran, prosedur tindakan dan pengobatan serta prognosis kesembuhan klien.

6. Adaptasi : klien kurang beradaptasi di lingkungan keluarga, masyarakat dan rumah sakit.

7. Hubungan dengan

anggota keluarga : kurang baik

8. Hubungan dengan

masyarakat : klien tampak sulit berinteraksi dengan masyarakat dan klien menganggap masyarakat tidak dapat menerima dirinya untuk saling bertukar informasi.

9. Perhatian terhadap orang

lain dan lawan bicara : kurang baik

10. Aktifitas sosial : klien tidak melakukan aktivitas sosial

11. Bahasa yang sering

digunakan : klien sering menggunakan bahasa indonesia

12. Keadaan lingkungan : lingkungaan di sekitar tempat tinggal klien cukup bersih

13. Kegiatan keagamaan /

pola ibadah : klien sering melaksanakan kewajibannya yaitu shalat 5 waktu dan mengaji

14. Keyakinan tentang

kesehatan : Klien menyerahkan sepenuhnya kesembuhan penyakitnya kepada Allah SWT

V. KEBUTUHAN DASAR/POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI

1. Makan

Sebelum MRS : anak klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi yang cukup banyak, klien tidak mempunyai makanan pantangan, klien menyukai segala jenis makanan

Setelah MRS : Klien tetap makan 3 x sehari, porsi diatur sesuai yang di sediakan di RS, klien tidak mengalami penurunan nafsu makan, dan tidak mengalami gangguan pola makan

2. Minum

Sebelum MRS : Klien minum 7-8 gelas sehari,

Setelah MRS : Klien minum 6-7 gelas sehari, dalam hal ini klien tidak mengalami gangguan pola minum.

3. Tidur

Sebelum MRS : klien jarang tidur siang, pada malam hari tidur jam 21.00 dan bangun jam 05.00 pagi

Setelah MRS : Klien tidur siang sekitar 1-2 jam dan tidur malam klien pukul 20.30, dan bangun pukul 05.00, klien tidak mengalami gangguan pola tidur.

4. Pola Eliminasi fekal/BAB

Sebelum MRS :

- Frekuensi : 1x sehari

- Waktu : pagi hari

- Konsistensi : normal

Setelah MRS :

- Frekuensi : 1 x sehari

- Waktu : pagi hari

- Konsistensi : normal seperti orang sehat. Klien tidak mengalami gangguan eliminasi fekal

5. Pola Eliminasi urine

Sebelum MRS :

- Frekuensi : 3-4 jam sekali dalam sehari Waktu

- Warna : normal

- Bau : normal

Setelah MRS :

- Frekuensi : 3-4 jam sekali dalam sehari, klien tidak mengalami gangguan eliminasi urine.

6. Aktifitas dan latihan

Sebelum MRS : anak klien mengatkan sejak klien mengalami gangguan pendengaran, klien tidak pernah melakukan aktivitas yang berat di pabrik, aktivitas yang di lakukan klien hanya dalam lingkup keluarga

Setelah MRS : Klien tidak pernah melakukan aktivitas sebagaimana biasanya.

7. Personal Hygiene

Sebelum MRS : klien mandi 2 x sehari, mencuci rambut 1x sehari, memotong kuku 1 minggu sekali. Kebersihan tubuh klien sangat terjaga

Setelah MRS : Klien mandi seperti biasanya sebelum klien masuk RS

VII. PEMERIKSAAN FISIK

Hari : kamis tgl : 29 jam : 08.30

1. Keadaan Umum

Kehilangan BB : Klien tidak mengalami penurunan berat badan selama sakit, BB klien sebelum sakit sama dengan ketika klien berada di RS

Kelemahan : Klien tidak mengalami kelemahan, tetapi klien mengalami perubahan kepribadian dan sikap, misalnya sering tersinggung dan marah serta sering menyendiri.

Perubahan Mood : Klien tampak kurang mood dalam menjalani kehidupan sehari-hari

Tanda-tanda vital :

- Suhu : 35,5oC

- Nadi : 85 x / menit

- pernapasan : 20 kali / menit

- Tekanan darah : 120 / 80 mmHg

Ciri – ciri tubuh :

- Tinggi badan : 167 cm

- BB : 65 Kg

- Rambut : lurus ,pendek, hitam dan tidak berketombe serta tampak bersih

- Kulit : warna sawo matang,tidak banyak terdapat bekas luka pada eksremitas atas dan bawah

Tingkat Kesadaran : composmetis

2. Head TO Toe

· Kulit/ integumen:

a. Inspeksi

- warna sawo matang,tidak banyak terdapat bekas luka pada eksremitas atas dan bawah

· Kepala dan rambut

a. Inspeksi

- Bentuk kepala normal

- Simetris kiri dan kanan

- Kulit kepala bersih

- Warna rambut hitam lurus

- Tidak mudah rontok

- Tidak ada bekas luka diatas kepala

- Tidak ada ketombe

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan

- Tidak benjolan/massa

· Wajah

a. Inspeksi

- Wajah simetris kiri kanan

- Tidak ada bekas luka / benjolan

- Ekspresi wajah klien tampak cemas

b. Palpasi

- Tidak ditemukan benjolan.

- Tidajk ada udema

- Tidak ada nyeri tekan di sekitar wajah klien

· Mata/penglihatan

a. Inspeksi

- Bentuknya simetris kiri dan kanan

- Konjungtiva normal

- Tidak ada kelainan pada pupil

- Klien menggunakan alat bantu kaca mata dalam membaca tulisan, tatapi dalam melakukan aktiivitas jarang memakai kaca mata

b. Palpasi

- Tidak ditemukan benjolan

- Tidak ada nyeri tekan

· Hidung

a. Inspeksi

- Tidak ada peradangan / pendarahan

- Jalan napas tampak efektif

- Tidak ada sekret dalam lubang hidung

- Hidung klien simetris kiri dan kanan

- Fungsi penciuman baik

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan pada bagian hidung klien

· Telinga

a. Inspeksi

- Tidak ada cairan yang keluar dari telinga

- Tidak tampak adanya peradangan

- Rongga telinga tampak bersih

- Telinga klien simetris kiri dan kanan

- Tidak terlihat deformitas

- Klien Kehilangan fungsi pendengaran

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan pada daerah telinga

· Mulut dan Gigi

a. Inspeksi

- Rongga mulut bersih

- Tidak ada peradangan pada gusi

- Tidak ada caries

- Tidak ada gangguan menelan dan mengunya

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan

· Leher

a. Inspeksi

- Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid

- Tidak ada pembesaran vena juga laris

- Tidak ada udema

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan pada leher

· Dada

a. Inspeksi

- Dada kiri dan kanan simetris

- Pergerakan/pengembangan dada sama ketika ekspirasi dan inspirasi

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan pada daerah dada

c. Askultasi

- inspirasi sama dengan ekspirasi

· Jantung / TD

Palpasi

- Denyut nadi 85 x / menit

Askultasi

- Bunyi jantung normal

· Abdomen

a. Inspeksi

- Tidak tampak pembesaran abdomen secara abnormal

b. Palpasi

- Tidak ada masa / nyeri tekan

- Tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen

c. Auskultasi

- Peristaltik usus normal

· Ekstremitas

- Fungsi pergerakan ekstemitas atas dan bawah baik

- Ekstremitas atas dan bawah normal

- Tidak ada kelainan simetris kiri dan kanan

· Kulit

- Warna kulit tampak normal tidak sianosis

- Turgor kulit baik, tidak ada bekas luka bakar

2. pengkajian data fokus ( pengkajian sistem)

· sistem pendengaran :

- Tidak ada cairan yang keluar dari telinga

- Tidak tampak adanya peradangan

- Rongga telinga tampak bersih

- Telinga klien simetris kiri dan kanan

- Tidak terlihat deformitas

- Kehilangan fungsi pendengaran

- Tidak memakai alat bantu pendengaran

· Sistem penglihatan

- Bentuknya simetris kiri dan kanan

- Konjungtiva normal

- Tidak ada kelainan pada pupil

- Klien menggunakan alat bantu kaca mata dalam membaca tulisan, tatapi dalam melakukan aktiivitas jarang memakai kaca mata

- Tidak ditemukan benjolan

- Tidak ada nyeri tekan

· Sistem urinaria

- Tidak terjadi gangguan pada sistem urinaria

· Sistem respiratory

- Tidak terjadi gangguan pada sistem repiratory

- Pernapasan normal 20 kali / menit

KLASIFIKASI DATA

v Data subyektif

Ø klien mengatakan tidak dapat mendengar suara-suara sebagaimana biasanya

Ø Klien mengatakan Suara yang didengar klien terdengar samar-samar, tidak jelas,bahkan klien tidak mendengar sama sekali

Ø koping individu klien tak efektif, di tandai klien mengatakan tidak tahan dengan kondisinys seperti ini

Ø klien menganggap masyarakat tidak dapat menerima dirinya untuk saling bertukar informasi

Ø klien mengatakan sangat cemas dan takut apabila tidak dapat berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat

Ø klien sangat terganggu karena ketidakmampuannya mendengar dan berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat

Ø anak klien mengatakan, klien dan keluarga tidak mengetahui tentang hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran, prosedur tindakan dan pengobatan serta prognosis kesembuhan klien.

Ø klien kurang beradaptasi di lingkungan keluarga, masyarakat dan rumah sakit

v Data obyektif

Ø klien tampak sering mengulang kata “apa” kepada lawan bicara

Ø klien tampak bingung dan tidak nyambung dalam berkomunikasi

Ø klien tampak putus asa dengan ketidakmampuannya mendengar dan berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat

Ø klien tampak sulit berinteraksi dengan masyarakat

Ø klien tampak stress, cemas, sering marah serta sering curiga dan tersinggung

Ø klien Kehilangan fungsi pendengaran

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pendengaran berhubungan dengan Suara keras, menetap dan terus menerus ( kebisingan )

2. koping individu in efektif berhubungan dengan krisis situasional

3. perubahan persepsi sensori berhubungan dengan salah interprestasi

4. isolasi sosial berhubungan dengan persepsi tidak dapat di terima di masyarakat.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi in adekuat tentang proses penyakit dan pengobatannya

6. Ansietas berhubungan dengan kesulitan dalam berinteraksi

INTERVENSI, RASIONAL DAN KRITERIA HASIL

1. Ganguan pendengaran berhubungan dengan suara keras, menetap dan terus menerus ( kebisingan), ditandai dengan :

DS: - klien mengatakan tidak dapat mendengar suara-suara sebagaimana biasanya

- Klien mengatakan Suara yang didengar klien terdengar samar-samar, tidak jelas,bahkan klien tidak mendengar sama sekali

DO: - klien tanpa sering mengulang kata “apa” kepada lawan bicara

- klien tanpak bingung dan tidak nyambung dalam berkomunikasi

kriteriahasil:

1. fungsi pendengaran klien dapat berfungsi dengan baik

2. klien dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan mudah dengan angota keluarga dan masyarakat

3. klien dapat melakukan aktifitas sebelum sakit dengan kemampuan mendegar secara maksimal

Intrvensi keperawatan

mandiri

1. kaji penyebab, lokasi gangguan pendengarandan pada klien dan waktu mulai terjadinya gangguan pendengaran

R/: untuk mengidentifikasi penyebab lokasi terjadinya gangguan dengan meminimalkan faktor pencetus terjadinya gangguan pendengaran

2. kaji tingkat ketajaman audiotorius dengan mengkaji kemampuan klien dalam mendengarkan, seperti membisikan kata atau dengan detakan jam tangan

R/ : bisikan lembut oleh pemeriksa dapat membantu pem eriksa dalam menentukan kemampuan mendengar pada klien dan menentukan intervensi selanjutnya.

3. Lakukan uji weber dengan memanfaatkan konduksi tulang ntuk menguji lateralisasi suara

R / : untuk menentukan apakah klien mengalami gangguan pendengaran konduktif atau kehilangan sensorineal dengan bertanya pada klien” apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau di telinga kiri”

4. Lakukan uji rinne dengan ganggang garputala yang bergetar di tempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid ( konduksi tulang)

R / : pada keadaan normal klien dapat terus mendengarkan suara, pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara.

Kolaborsi

5. Berikan klien obat-obatan sesuai indikasi

R / : untuk menghilangkan gejala klinis/ komplikasi apabila sewaktu-waktu di rasakan oleh klien

6. Lakukan prosedur diagnostik auditorius dan vestibular oleh ahli audiologi bila perlu

R / : untuk mendeteksi kehilangan pendengaranlebih spesifik dan lebih lanjut

2. Koping individu in efektif B/d krisis situasional di tandai dengan :

Ds : klien mengatakan tidak tahan dengan kondisinya seperti ini

Do : klen tampak putus asa dengan ketidakmampuannya mendengar dan berinteraksi dengan masyarakat ataupun keluarganya

Kriteria hasil

1. Klien mengatakan siap menerima keadaannya dengan ikhlas tanpa merasa putus asa

Intervensi keperawatan

Mandiri

1. Kaji pemahaman klien atau orang terdekat dan metode sebelumnya dalam menerima proses penyakitnya

R /: memampukan perawat untuk menerima lebih nyata tentang masalah yang di hadapi klien

2. Tentukan stress luar, mis : keluarga, teman , lingkungan kerja/ sosial

R / : stress dapat mengganggu respon saraf otonomik dan eksaserbasi penyakit

3. Berikan kesempatan pada klien untuk mendiskusikan bagaimana penyakit telah mempengaruhi hubungan dengan orang-orang di sekitarnya dengan bertanya kepada klien dengan tulisan di kertas atau di papan strimin yang telah di sediakan

R / : stresor penyakit mempengaruhi semua area hidup dan klien mengalami kesulitan dalam bberinteraksi alat tulis, dapat mempermudah untuk melakukan komunikasi dengan klien

4. Dorong penggunaan keterampilan menangani stress, misalnya tehnik relaksasi, visualisasi, latihan napas dalam

R / : memusatkan kembali perhatian, meningkatkan kemampuuan koping

Kolaborasi

5. Masukan klien/ orang terdekat dalam tim pertemuan untuk mengembangkan program individual

R / : meningkatkan kontiunitas perawatan dan memampukan pasien atau orang terdekat untuk merasakan sebagai bagian perencanaan, memberikan mereka perasaan kontrol dan meningkatkan kerja sama dalam program tepi

  1. Perubahan persepsi sensori B/d salah interprestasi di tandai dengan :

Ds : anak klien mengatakan klien sering tersinggung( marah ) apabila dalam kelluarga atau masyarakat berkomunikasi dan tertawa wlaupoun tidak menceriitakan diri klien

Do ; klien tampak marah apabila melihat orang di sekitarnya berkomunikasi

Kriteria hasil

1. Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan rresidu

2. Mendomenstrasikan perubahan perilaku/ gaya hidup untuk mengkompenisasi / elefisit hasil pendengaran

Intervensi keperawatan

Mandiri

1. Evaluasi/ pantau secara teratur perubahan orientasi kemampuan mendengar, kemampuan berbicara dan proses berpikir

R / : perubahan motorik, sensori kognitif dan kepribadian mungkin berkembang dan menetap dengan perbaikan respon secara perlahan-lahan atau tahap bbertahan secara terus –menerus pada derajat tertentu

2. Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan dan komunikasi , perhatikan adanya masalah interprestasi

R / : semua sistem sistem sensorik dapat terpengaruh dengan adanya perubahan yang melibatkan peningkatan emosi

3. Observasi respon perilaku seperti rasa bermusuhan

R / : respon individu mungkin berubah-ubah seperti emosiyang labil

4. Bicara dengan suara yang lembut dan pelan, walaupaun klien tidak mendengar aa yang kita bicarakan pertahankan kontak mata

R /: klien mungkin butuh di perhatikan dengan tidak selama fase ini dan ingin selalu di ajak bicara.

5. Perhatiak atau validasi persepsi klie dan berikan umpan balik, walaupun kita memberikan umpan balik kepada klien dengan menuliskan kalimat pada kertas atau papan srimut

R / : membantu klien untuk memisahkan pada resustasi dari perubahan persepsi

6. Orentasikan kembali klien secara teratur pada lingkunagan damnn tindakan yang akan di lakukan.

R / : Gangguan pendengaran/kehilangan pendengaran dapat menjadi potensi timbulnya disorientasi dan ansietas.

Kolaborasi

7. Berikan alat bantu pendengaran apabila memungkinkan.

R / : Membantu klien dalam mendengar suara,dll.

4. Isolasi sosial B/d persepsi tidak dapat diterima dimasyarakat, di tandai dengan:

DS : Anak klien mengatakan klien sangat terganggu karena ketidakmampuannya dalam mendengar dan tidak bisa berinteraksi dengan masyarakat.

DO : Klien tampak sering menyendiri dan tidak bergabung dengan keluarga atau masyarakat lain.

Kriteria hasil :

1. Klien dapat berinteraksi kembali dengan keluarga dan masyarakat dengan baik.

2. Klien mengatakan tidak menyendiri lagi dan tetap bergabung dengan keluarga dan masyarakat seperti sebelum sakit.

Intervensi keperawatan :

1. Tentukan persepsi pasien tentang situasi.

R / : Persepsi klien mempengaruhi dalam hubungan interaksi dengan orang lain. Persepsi klien bahwa tidak dapat diterima masyarakat/keluarga membuat pasien seriang menyendiri.

2. Berikan waktu agar klien berbicara dan mengungkapkan segala perasaannya dan tetap memberikan dukungan pada klien.

R / : Klien mungkin merasa tidak diperhatikan dan tak mampu berkomunikasi dengan benar sehubungan kehilangan pendengarannya.

3. Identifikasi sistem pendukung yang tersedia bagi klien, seperti adanyan hubungan keluarga kecil atau besar.

R / : Jika klien mendapat bantuan dan dukungan dari orang terdekat, perasaan kesepian dan ditolak akan berkurang.

4. Dorong adanya hubungan yang aktif dengan orang terdekat.

R / : Membantu memantapkan partisipasi pada hubungan sosial. Dapat mengurangi kemungkinan upaya bunuh diri.

5. Waspadai gejala-gejala non verbal, misalnya : menarik diri, putus asa, perasaan kesepian.

R / : Indikasi bahwa putua asa dan ide bunuh diri karena kesepian biasanya sering muncul

Kolaborasi

6. Berikan tempat pada komunitas perlindungan jika di perlukan .

R /: mungkin perlu komunitas khusus jika klien tidak mampu berinteraksi dengaaan masyarkat

  1. Kurang pengetahuan pada informasi ini menyangkut tentang proses penyakit, prosedur tindakan dan pengobatan, di tandai dengan:

Ds : anak klien menyatakan bahwa klien tidak mengalami tentang hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan prosedur tindakan dan pengobatan.

Do : klien tampak sering bertanya-tanya tentang penyakitnya

Kriteria hasil

    1. Klien mengatakan telah mengetahui tentang proses penyakit, prosedur tindakan dan pengobatan
    2. Klien dan keluarga mengatakan mengetahui dan paham tentang penyakitnya

Intervensi kepererawatan

1. Kaji proses kebisingan dan pendengaran dan harapan klien yang akan datang

R / : memberiakn pengetahuan dasar tentang proses terjadinya penyakit

2. Diskusikan perlunya pengetahuan yang cukup mengenai proses terjadinya penyakit agar klien tidak salah dalam menginterprestasikan suara atau tingkah laku nonverbal orang lain.

R / : agar klien tidak salah interprestasikan dan paham tentang apa yang telah terjadi dengan diri klien

    1. Berikan informasi khusus tentang proses pengobatan yang akan di lakukan

R / : meningkatkan pengetahuan tentang prosedur tindakan / pengobatan yang di lakukan

  1. Ansietas B/d kesulitan dalam berinteraksi, di tandai dengan :

Ds : anak klien mengtakan, klien tampak stress dan sering marah sehubungan dengan ketidakmampauannya dalam mendengar

Do : klien tampak stress, cemas dan sering marah sehubungan dalam ketidakmampuannya dalam mendengar sehingga klien kesulitan dalam berinteraksi

Kriteria hasil :

1. Menyatakan perasaan waspada dan penurunan ansietas sampai pada tingkat dapat di atasi

2. Tampak rileks tidak cemas lagi

Intervensi keperawatan

1. Kaji tingkat kecemasan klien dan orang terdekat

R / : membantu menentukan jenis intervensi yang di perlukan

2. Dorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan keperawatan dan menemani klien setiap hari

R / : keterlibatan meningkatkan perasaan berbagi, menguatkan perasaan berguna, memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya.

3. Dorong dan berikan kesempatan untuk klien, mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah

R / : membuat persaan terbuka dan bekerjasama dan memberikan informasi yang akan membantu dalam identifikasi / menngatasi masalah

4. Atasi masalah dengan klien untuk mengidentifikasi cara di mana perubahan persepsi tersebut tidak kesulitan dalam berinteraksi tersebut hanya perasaan klien saja

R / : agar klien senantiasa bisa berinteraksi dengan orang lain tanpa interprestasi yang salah

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No

Hari/tngl

Jam

Implementasi

Paraf

Evaluasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Rabu 29 april

08.00

09.00

10.30

11.30

12.30

13.30

  1. mengkaji penyebab, lokasi gangguan pendengarandan pada klien dan waktu mulai terjadinya gangguan pendengaran

2. mengkaji tingkat ketajaman audiotorius dengan mengkaji kemampuan klien dalam mendengarkan, seperti membisikan kata atau dengan detakan jam tangan

3. melakukan uji weber dengan memanfaatkan konduksi tulang ntuk menguji lateralisasi suara

4. melakukan uji rinne dengan ganggang garputala yang bergetar di tempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid ( konduksi tulang )

5. meberikan klien obat-obatan sesuai indikasi

6. melakukan prosedur diagnostik auditorius dan vestibular oleh ahli audiologi bila perlu

1. mengkaji pemahaman klien atau orang terdekat dan metode sebelumnya dalam menerima proses penyakitnya

2. menntukan stress luar, mis : keluarga, teman , lingkungan kerja/ sosial

3. memberikan kesempatan pada klien untuk mendiskusikan bagaimana penyakit telah mempengaruhi hubungan dengan orang-orang di sekitarnya dengan bertanya kepada klien dengan tulisan di kertas atau di papan strimin yang telah di sediakan

4. mendorong penggunaan keterampilan menangani stress, misalnya tehnik relaksasi, visualisasi, latihan napas dalam

5. memasukan klien/ orang terdekat dalam tim pertemuan untuk mengembangkan program individual

1. mengevaluasi/ pantau secara teratur perubahan orientasi kemampuan mendengar, kemampuan berbicara dan proses berpikir

2. menkaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan dan komunikasi , perhatikan adanya masalah interprestasi

3. mengobservasi respon perilaku seperti rasa bermusuhan

4. Bicara dengan suara yang lembut dan pelan, walaupaun klien tidak mendengar yang kita bicarakan pertahankan kontak mata

5. memperhatiak atau validasi persepsi klie dan berikan umpan balik, walaupun kita memberikan umpan balik kepada klien dengan menuliskan kalimat pada kertas atau papan srimut

6. mengorentasikan kembali klien secara teratur pada lingkunagan damnn tindakan yang akan di lakukan.

7. memberikan alat bantu pendengaran apabila memungkinkan.

1. mententukan persepsi pasien tentang situasi.

2. memberikan waktu agar klien berbicara dan mengungkapkan segala perasaannya dan tetap memberikan dukungan pada klien.

3. mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia bagi klien, seperti adanyan hubungan keluarga kecil atau besar.

4. mendorong adanya hubungan yang aktif dengan orang terdekat.

5. mewaspadai gejala-gejala non verbal, misalnya : menarik diri, putus asa, perasaan kesepian.

6. memberikan tempat pada komunitas perlindungan jika di perlukan .

1. mengkaji proses kebisingan dan pendengaran dan harapan klien yang akan datang

2. mendiskusikan perlunya pengetahuan yang cukup mengenai proses terjadinya penyakit agar klien tidak salah dalam menginterprestasikan suara atau tingkah laku nonverbal orang lain.

3. memberikan informasi khusus tentang proses pengobatan yang akan di lakukan

1. mengkaji tingkat

kecemasan klien dan orang terdekat

2. mendorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan keperawatan dan menemani klien setiap hari

3. mendorong dan berikan kesempatan untuk klien, mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah

4. mengtasi masalah dengan klien untuk mengidentifikasi cara di mana perubahan persepsi tersebut tidak kesulitan dalam berinteraksi tersebut hanya perasaan klien saja

S: klien mengatakan masih belum mendengarkan suara-suara

O: klien tampak sulit mendengar

A: masalah klien belum teratasi

P: intervensi di lanjutkan

S: klien mengatakan belum menerima kodisinya

O: klien tampak putus asadan belum bisa menerima kenyataan

A : masalah klien belum teratasi

P: intervensi di lanjutkan

S: klien mengatakan masih sering salah mengiterpretasikan informasi yang di terima

O: klien tampak masih crepat tersinggung

A : masalah klien belum teratasi

P : intervensi di lanjutkan

S: klien mengatkan masih cemaskarena belum dapat berinteraksi dengan orang lain

O: klien tampak cemas

A: masalah klien belum teratasi

P: intervensi di lanjutkan

S: klien mengatakan sudah mengetahui tenatng penyakit, prosedur tindakan dan pengobatan

O: klien sudah tidak bertanya-tanya lagi kepada perawat

A: masalah klien teratasi

P: intervensi di lanjutkan

S: klien mengatakan masih sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang

O: klien masih terlihat menyendiri, tidak berkomunikasi dengan oranng-orang di sekitarnya

A: masalah klien belum teratasi

P: intervensi di lanjutkan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan suddrath , keperawatan mediikal |Bedah . |Edisi 8 Vol 3 EGC jakarta 2001

Arief mansjoer dkk , kapita selekta kedokteran Edisi ke 3 aeskolopius jakarta 1999

Guyton fisiologi manusia dan mekanisme penyakit EGC jakarta 1999

Doengus Marylien E, 2000 rencana asuhan keperawatan edisi ke 3 EGC jakarta

No comments:

Post a Comment

komentar

Widget Recent Comments by dedy ari pebriana