Wednesday, June 15, 2011

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Nama : Tn. A Tanggal :

No. RM : 190289 Ruang : Melati, RSJ IGDAP

STRATEGI PELAKSANAAN I

1. Fase Orientasi

“Selamat pagi pak”

“Perkenalkan nama saya I Gede Dedy Ari Pebriana senangnya dipanggil dedy. Saya perawat di ruangan melati ini yang akan merawat bapak”.

“Nama bapak siapa? Senangnya dipanggil siapa?”.

“Apa keluhan dan bagaimana perasaan brian hari ini? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara mengontrol marah/ kesalnya brian? Mau dimana kita berbincang brian? Bagaimana kalau di depan kolam ikan di taman depan? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”

2. Fase Kerja

“Brian tinggal di rumah dengan siapa saja? Apa Brian sering dimarahi? Siapa yang sering memarahi Brian? Oh, jadi apa yang sebenarnya membuat Brian mempunyai keinginan memukulnya?

“Apa tanda-tanda ketika Brian marah dan ingin memukulnya?”

“Apa yang Brian biasa lakukan ketika marah kepada seseorang?”

“Kira-kira menurut Brian apa akibat kalau Brian memukul orang itu? Iya, Brian benar, dengan memukul orang itu akan tersakiti dan masalah tidak akan selesai, apa lagi?”

“Brian, kalau sedang kesal atau marah ada cara lain supaya kesalnya hilang tanpa menyakiti orang lain. Caranya itu ada yang cara fisik, verbal, spiritual dan dengan meminum obat”. “Nah, Bagaimana kalau sekarang kita belajar cara mengontrol marah dengan cara fisik yang pertama. Caranya itu, kalau Brian sedang marah atau kesal Brian tarik napas yang dalam agar emosinya Brian tersalurkan. Ayo, sekarang Brian praktekkan menarik napas dalam. Ya bagus, ternyata Brian cepat mengerti.

3. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan brian setelah latihan bernapas dalam?”

“Brian melakukan cara bernapas dalam dengan sangat baik, mantap”.

“Saya harap Brian latihan dan terus mengingat apa yang sudah dipelajari tadi ya”.

“Brian mau latihan lagi? Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”

“Besok pagi jam 09.00 saya akan kembali lagi kesini untuk mengajak Brian belajar mengontrol marah dengan cara fisik yang kedua yaitu dengan memukul bantal. Bagaimana, Brian mau kan? Baiklah, sampai jumpa besok”.

“Selamat pagi”.

STRATEGI PELAKSANAAN II

1. Fase Orientasi

“Selamat Pagi, Brian”

“masih ingat dengan saya Brian?” iya, bagus sekali.

“Bagaimana perasaan Brian hari ini? Baik ya? “Bagaimana dengan pelajaran kita yang kemarin tentang mengontrol marah Brian dengan menarik napas dalam? Apa Brian masih ingat? Coba praktekkan lagi. Iya, bagus sekali ternyata Brian masih ingat dan bisa melakukannya dengan baik.”

“Nah, masih ingat kemarin saya sudah janji akan mengajarkan Brian cara mengontrol marah Brian dengan cara memukul bantal?” Dimana kita akan melakukannya? Bagaimana kalau di tempat tidurnya Brian? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?

2. Fase Kerja

“Nah, sekarang kita berlatih mengontrol marah Brian dengan cara memukul bantal atau kasur. Jadi, kalau Brian sedang kesal atau marah brian bisa memukul-mukul bantal atau kasur agar Brian tidak melukai diri Brian sendiri ataupun orang lain, bagaimana?

“Baik, kita mulai latihannya ya”. Iya, bagus Brian, bagus. Lanjutkan.

3. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan Brian setelah latihan mengontrol marah dengan cara memukul bantal atau kasur?”

“Latihannya Brian hari ini bagus, bagus sekali.” Kalau sudah tidak ada saya Brian tetap latihan ya dan jika Brian merasa kesal atau marah, Brian dapat menggunakan cara-cara mengontrol marah yang telah kita pelajari”. Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Brian”.

“Besok pagi jam 10.00 saya akan datang lagi kesini untuk mengajak Brian belajar mengontrol marah dengan cara verbal. Bagaimana, Brian bersedia? Okelah kalau begitu, sampai jumpa besok”.

“Selamat pagi”.

STRATEGI PELAKSANAAN III

1. Fase Orientasi

“Selamat Pagi Brian?”

“Masih ingat saya?” iya, sekarang bagaimana perasaan Brian? Bapak mau berlatih mengontrol marah dengan cara verbal? Dimana kita akan berlatih? Bagaimana kalau di taman? Brian maunya berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?

2. Fase Kerja

“Bagaimana dengan jadwal hariannya Brian? Apa Brian melaksanakannya dengan teratur?”

“Baik, sekarang kita akan latihan mengontrol marah dengan cara verbal. Caranya yaitu ketika Brian merasa marah atau kesal Brian langsung bilang kepada orang tersebut bahwa Brian marah”. Dengan demikian kemarahan Brian tersalurkan.”

3. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan Brian setelah latihan mengontrol marah dengan cara verbal?”

“Brian berlatih dengan sangat bagus”.

“Besok pagi jam 09.00 saya akan menemui Brian lagi untuk mengajarkan Brian cara mengontrol marah dengan spiritual”.

“Selamat pagi”.

STRATEGI PELAKSANAAN IV

1. Fase Orientasi

“Selamat Pagi”

“masih ingat saya Brian?”

“Apa keluhan Brian hari ini?” Brian bersedia tidak untuk latihan cara mengontrol marah dengan cara spiritual? Dimana tempatnya? Bagaimana kalau di musholah? Berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?

2. Fase Kerja

“Bagaimana dengan jadwal hariannya Brian? Oh ya, masih teratur ya? Bagus.”

“Sekarang, kita latihan cara mengontrol marah dengan cara spiritual. Caranya yaitu ketika Brian merasa marah atau kesal Brian tumpahkan kekesalan dan kemarahan Brian dengan berdoa kepada Tuhan meminta kesabaran dan ketabahan. Dengan demikian keinginan untuk memukul orang karena kemarahan Brian dapat dihindari.

3. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan Brian setelah berlatih melakukan cara mengontrol marah dengan cara spiritual?”

“Kecepatan Brian dalam berlatih semakin bagus ya, bagus sekali”.

“Besok pagi jam 09.00 saya akan menemui Brian lagi untuk mengajarkan cara mengontrol marah dengan spiritual”.

“Selamat pagi”.

STRATEGI PELAKSANAAN V

1. Fase Orientasi

“Selamat Pagi”

“Bagaimana perasaan Brian hari ini? Bagaimana kalau kita latihan cara mengontrol marah dengan meminum obat? Di mana kita akan latihan? Bagaimana kalau di taman? Berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit”.

2. Fase Kerja

“Bagaimana dengan jadwal harian Brian? Masih berjalan lancar?”

“Mari kita berlatih untuk mengontrol marah dengan cara meminum obat.” Caranya saya akan memberikan Brian obat agar bisa mengurangi kemarahan Brian ketika Brian merasa marah. Obatnya tidak boleh dibuang atau tidak diminum ya Brian.”

“Baik, kita akan masukkan latihan ini ke dalam jadwal kegiatan harian Brian”.

3. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan Brian setelah berlatih melakukan cara mengontrol marah dengan cara meminum obat?”

“Baik, Brian berlatih dengan sangat baik. Jangan lupa obatnya rajin diminum sesuai jadwalnya.”

“Besok saya akan kembali lagi untuk melihat jadwal kegiatan Brian, sampai jumpa besok”.

“Selamat pagi”.

Thursday, June 2, 2011

PROGRAM-PROGRAM PENGOBATAN TRADISIONAL

Adapun program-program pengobatan tradional adalah :

1. Rakor LP/LS mengaktifkan kembali SP3T (Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional) di propinsi.

Adapun kegiatan indikator kinerja dari program tersebut adalah :

* Masukan : dana dan SDM.

* Proses : dilaksanakan 1 kali di propinsi yang dihadiri 2 orang dari 12 Kab/Kota.

* Hasil : adanya kesepakatan mengaktifkan kembali SP3T dengan di terbitkannya SK pengurus SP3T.

* Manfaat : adanya dukungan LP/LS dalam mengaktifkan kembali SP3T.

* Dampak : meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

2. Pembinaan upaya pengobatan tradional

Adapun kegiatan indikator kinerja dari program tersebut adalah :

Ø Masukan : dana dan SDM

Ø Proses : pembinaan dilakukan dengan diawali rapat pengurus di propinsi di lanjutkan di bintek ke Kab/Desa binaan yang terpilih yang dilaksanakan oleh petugas SP3T bersana dengan petugas Kabupaten, Puskesmas dan Kader.

Ø Keluaran : adanya laporan pelaksanaan kegiatan dari pengurus SP3T dan hasil supervisi ke desa binaan.

Ø Hasil : teridentifikasinya masalah/kendala dalam pelaksanaan SP3T di desa binaan.

Ø Manfaat : sentra SP3T berjalan dengan baik.

Ø Dampak : meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

PROGRAM-PROGRAM PENGOBATAN TRADISIONAL

Adapun program-program pengobatan tradional adalah :

1. Rakor LP/LS mengaktifkan kembali SP3T (Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional) di propinsi.

Adapun kegiatan indikator kinerja dari program tersebut adalah :

* Masukan : dana dan SDM.

* Proses : dilaksanakan 1 kali di propinsi yang dihadiri 2 orang dari 12 Kab/Kota.

* Hasil : adanya kesepakatan mengaktifkan kembali SP3T dengan di terbitkannya SK pengurus SP3T.

* Manfaat : adanya dukungan LP/LS dalam mengaktifkan kembali SP3T.

* Dampak : meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

2. Pembinaan upaya pengobatan tradional

Adapun kegiatan indikator kinerja dari program tersebut adalah :

Ø Masukan : dana dan SDM

Ø Proses : pembinaan dilakukan dengan diawali rapat pengurus di propinsi di lanjutkan di bintek ke Kab/Desa binaan yang terpilih yang dilaksanakan oleh petugas SP3T bersana dengan petugas Kabupaten, Puskesmas dan Kader.

Ø Keluaran : adanya laporan pelaksanaan kegiatan dari pengurus SP3T dan hasil supervisi ke desa binaan.

Ø Hasil : teridentifikasinya masalah/kendala dalam pelaksanaan SP3T di desa binaan.

Ø Manfaat : sentra SP3T berjalan dengan baik.

Ø Dampak : meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

komentar

Widget Recent Comments by dedy ari pebriana