ASKEP PERIOPERATIF
Proses keperawatan perioperatif
Fase perioperatif adalah waktu sejak
keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa
memandang riwayat atau klasifikasi
pembedahan.
Keahlian seorang perawat perioperatif
dibentuk dari pengetahuan keperawatan professional dan keterampilan psikomotor
yang kemudian diintegrasikan ke dalam tindakan keperawatan yang harmonis.
Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang sifatnya risiko atau actual pada
setiap fase perioperatif yang didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman
keperawatan perioperatif akan membantu penyusunan rencana intervensi
keperawatan. Staf keperawatan yang merawat pasien bertanggung jawab untuk
mengelola aspek-aspek penting perawatan pasien dengan cara mengimplementasikan
rencana perawatan yang berdasarakan pada
tujuan yang diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim perioperatif, dan
melibatkan tindakan mandiri dan kolaboratif.
Asuhan keperawatan praoperatif pada
praktiknya akan dilakukan secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan
praoperatif dibagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care)
atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh perawat
praoperatif. Asuhan keperawatan praoperatif yang terintegrasi secara
berkesinambungan terjadi saat beberapa masalah pasien yang belum teratasi di
ruang rawat inap, poliklinik, bedah sehari, atau unit gawat darurat akan tetap
dilanjutkan oleh perawat perioperatif di kamara operasi. Dokumentasi yang optimal
dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik antara perawat ruangan dengan
perawat kamar operasi.
PENGKAJIAN
Pengkajian pasien pada fase praoperatif
secara umum dilakukan untuk menggali permasalahan pada pasien, sehingga perawat
dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. Pengkajian
praoperatif pada kondisi klinik terbagi atas dua bagian, yaitu :
Pengkajian
komprehensif yang dilakukan perawat pada bagian rawat inap, poliklinik, bagian
bedah sehari, atau unit gawat darurat.
Pengkajian
klarifikasi ringkas oleh perawat perioperatif di kamar operasi.
Lamanya waktu praoperatif akan menentukan
lengkapnya data pengkajian. Misalnya, jika pasien datang ke tempat pembedahan
pada hari yang sama, maka waktu yang tersedia mungkin tidak cukup untuk melakukan
pemeriksaan fisik yang komprehensif. Dalam kasus ini, perawat lebih berfokus
pada pengkajian utama seluruh system tubuh untuk memastikan bahwa tidak ada
masalah yang terabaikan. Walaupun dokter akan melakukan pemeriksaan yang teliti
dan menyeluruh sebelum menentukan jadwal pembedahan, tetapi pengkajian
praoperatif sering kali menunjukkan adanya ketidaknormalan. Hal ini akan
mengakibatkan penundaan atau pembatalan jadwal pembedahan yang telah dibuat.
Perawat harus tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi
pascaoperatif karena biasanya hasil pemeriksaan memperlihatkan hasil yang
normal-normal saja. Pengkajian praoperatif secara umum meliputi :
·
Pengkajian umum
·
Riwayat kesehatan
·
Pengkajian psikososiospiritual
·
Pemeriksaan fisik
·
Pengkajian diagnostic
PENGKAJIAN UMUM
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap.
Poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat dilakukan secara
komprehensif dimana seluruh hal yang berhubungan dengan pembedahan pasien perlu
dilakukan secara seksama. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diidentifikasi
pada saat melakukan pengkajian umum.
Identitas pasien
Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak
terjadi duplikasi nama pasien. Umur pasien sangat penting untuk diketahui guna
melihat kondisi pada berbagai jenis pembedahan. Selain itu juga diperlukan
untuk memperkuat identitas pasien.
Perawat peripoperatif harus mengetahui bahwa
factor usia, baik anak-anak dan lansia, dapat meningkatkan resiko
pembedahan. Pengetahuan tersebut akan
membantu perawat perioperatif untuk menentukan tindakan pencegahan mana yang
penting untuk dimasukkan ke dalam rencan asuhan keperawatan.
Bayi dan anak-anak. bayi
dan anak-anak berhubungan dengan status fisiologis yang masih imatur atau
mengalami penurunan. Pada bayi yang menjalani pembedahan, kemampuan pertahanan
suhunya masih belum optimal. Refleks menggigil pada bayi belum berkembang dan
sering terjadi berbagai variasi suhu. Anestesi menambah resiko bagi bayi karena
agen anetesi dapat menyebabkan vasodilatasi dan kehilangan panas, bayi juga
mengalami kesulitan untuk mempertahankan volume sirkulasi darah normal. Volume
total darah bayi dianggap kurang dari anak-anak atau orang dewasa. Kehilangan
darah walaupun dalam jumlah kecil dapat menjadi hal yang serius. Penurunan
volume sirkulasi menyebabkan bayi sulit berespons terhadap kebutuhan untuk
meningkatkan oksigen selama pembedahan. Dengan demikian, bayi menjadi sangat
rentan mengalami dehidrasi. Namun, jika darah atau cairan diganti terlalu cepat
, maka akan menimbulkan overdehidrasi. Aspek penting lainnya pada perawatan
bedah anak meliputi manajemen jalan nafas, mempertahankan keseimbangan cairan,
mengatasi kejang, mengatasi perubahan suhu, mengidentifikasi dan mengatasi
penurunan kesadaran yang tiba-tiba dan kegawatan anestesi yang tertunda,
mengatasi nyeri dan agitasi, serta terjadinya peralatan dan obat-obatan.
lansia, seiring meningkatnya usia, kapasitas fisik pasien lansia untuk beradaptasi dengan stress pembedahan menjadi terhambat karena mundurnya beberapa fungsi tubuh tertentu. Individu lansia yang menghadapi operasi bisa mempunyai suatu kombinasi penyakit kronik dan masalah kesehatan selain masalah kesehatan yang mengindikasikan pembedahan. secara umum, lansia dianggap memiliki resiko pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih muda. Cadangan jantung menurun, fungsi ginjal dan hepar menurun, dan aktifitas gastrointestinal tampaknya berkurang. Dehidrasi, konstipasi, dan malnutrisi juga mungkin terjadi. Keterbatasan sensori seperti gangguan penglihatan dan pendengaran, serta penurunan sensitivitas terhadap sentuhan sering kali menjadi alas an terjadinya kecelakaan, cedera, dan luka bakar. Keadaan mulut juga penting untuk dikaji sebab sering kali ditemukan adanya karies gigi atau gigi palsu. Temuan ini penting bagi ahli anestesi. Penurunan produksi keringat mengarah pada kulit yang kering dan gatal-gatal. Kulit yang rapuh tersebut mudah mengalami abrasi, sehingga tindakan kewaspadaan yang lebih tinggi harus ditetapkan ketika memindahkan pasien lansia. Penurunan lemak subkutan membuat individu lansia lebih rentan terhadap perubahan suhu tubuh.
lansia, seiring meningkatnya usia, kapasitas fisik pasien lansia untuk beradaptasi dengan stress pembedahan menjadi terhambat karena mundurnya beberapa fungsi tubuh tertentu. Individu lansia yang menghadapi operasi bisa mempunyai suatu kombinasi penyakit kronik dan masalah kesehatan selain masalah kesehatan yang mengindikasikan pembedahan. secara umum, lansia dianggap memiliki resiko pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih muda. Cadangan jantung menurun, fungsi ginjal dan hepar menurun, dan aktifitas gastrointestinal tampaknya berkurang. Dehidrasi, konstipasi, dan malnutrisi juga mungkin terjadi. Keterbatasan sensori seperti gangguan penglihatan dan pendengaran, serta penurunan sensitivitas terhadap sentuhan sering kali menjadi alas an terjadinya kecelakaan, cedera, dan luka bakar. Keadaan mulut juga penting untuk dikaji sebab sering kali ditemukan adanya karies gigi atau gigi palsu. Temuan ini penting bagi ahli anestesi. Penurunan produksi keringat mengarah pada kulit yang kering dan gatal-gatal. Kulit yang rapuh tersebut mudah mengalami abrasi, sehingga tindakan kewaspadaan yang lebih tinggi harus ditetapkan ketika memindahkan pasien lansia. Penurunan lemak subkutan membuat individu lansia lebih rentan terhadap perubahan suhu tubuh.
Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan
Pengkajian jenis pekerjaan dan asuransi
kesehatan diperlukan sebagai persiapan umum. Pengkajian seperti persiapan
financial sangat bergantung pada kemampuan pasien dan kebijakan rumah sakit
tempat pasien akan menjalani proses pembedahan . beberapa jenis pembedahan
membutuhkan biaya yang lebih mahal . misalnya pembedahan jantung dan vascular,
bedah saraf, serta bedah ortopedi. Hal itu disebabkan karena proses pembedahan
tersebut memerlukan alat tambahan karena waktu yang dibutuhkan lebih lama
sehingga berpengaruh pada biaya obat anestesi yang digunakan.
Sebelum dilakukan operasi sebaiknya pasien
dan keluarga sudah mendapat penjelasan dan informasi terkait masalah financial,
mulai dari biaya operasi hingga pemakaian alat tambahan . hal ini diperlukan
agar setelah operasi nanti tidak ada complain atau ketidakpuasan pasein dan
keluarga.
Persiapan umum
Persiapan informed consent dilakukan sebelum
dilaksanakannya tindakan. Pasien dan keluarga harus mengetahui perihal prosedur
operasi, jenis operasi, dan prognosis dari hasil pembedahan. peran perawat
disini adalah bertanggung jawab dan memastikan bahwa pasien/keluarga dan dokter
sudah menandatangani isi dari informed consent.
Persiapan alat dan obat yang akan digunakan
selama pembedahan harus dilakukan secara optimal sesuai dengan kebijakan
institusi. Beberapa rumah sakit memberlakukan kebijakan bahwa persiapan alat
dan obat harus dilakukan sebelum pasien memasuki kamar operasi. Beberapa rumah
sakit lainnya mensyaratkan penyediaan darah untuk persiapan transfuse harus
dilakukan oleh pihak keluarga. Pengkajian ulang pada ketepatan transfuse darah
antara donor dengan resipien dapat menurunkan resiko kesalahan pemberian
transfusi.
Persiapan lainnya yang bersifat umum seperti
pencalonan pasien yang akan dilakukan pembedahan dari ruang rawat inap, unit
gawat darurat, atau unit perawatan intensif ke kamar unit dimana pasien akan
dilakukan pembedahan.
Bagi perawat di kamar operasi, pengkajian
praoperatif adalah suatu keterampilan yang biasanya difokuskan pada area
intervensi bedah dan harus dilakukan dalam waktu yang amat singkat. Pengetahuan
mengenai anatomi, fisiologi, serta patofisiologi sangat penting dimiliki oleh
seorang perawat praoperatif untuk menyintesis temuan pengkajian dan
menggunaknnya untuk menentukan tujuan perawatan pasien. Pasien yang baru
diterima di kamar operasi akan diklarifikasi secara ringkas dan disesusaikan
dengan intervensi bedah yang akan dilakukan. Dalam melakukan pengkajian yang
ringkas dan optimal, perawat kamar operasi hanya melakukan klarifikasi secara
cepat dengan menggunakan system checklist.
Formulis checklist
.pada beberapa institusi , penggunaan formulir praoperatif
di kamar operasi bertujuan untuk mendokumentasikan prosedur yang secara rutin
dilakukan pada pembedahan. dengan adanya formulir ini, akan terjalin komunikasi
yang cepat antara perawat ruangan dengan perawat di kamar operasi. Yang
diharapkan dari pembuatan formulir ini adalah perawat perioperatif dapat secara
ringkas memvalidasi persiapan praoperatif yang telah dilakukan perawat ruangan.
Pada kondisi yang lebih baik, beberapa
institusi rumah sakit memberlakukan lembar pengenal yang dipasang pada lengan
bawah pasien agar memudahkan pengenalan lebih lanjut tentang identitas pasien.
Tujuan pemasangan tanda pengenal ini adalah untuk mencegah kekeliruan atau
kesalahan intervensi yang dilakukan.
PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan pasien di rawat
inap, poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat dilakukan
perawat melalui teknik wawancara untuk mengumpulkan riwayat yang diperlukan
sesuai dengan klasifikasi pembedahan.
Pengkajian ulang riwayat kesehatan pasien
harus meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita dan alasan utama pasien mencari pengobatan.
Riwayat kesehatan pasien adalah sumber yang sangat baik. Sumber berharga
lainnya adalah rekam medis dari riwayat perawatan sebelumnya .
Penyakit yang diderita pasien akan mempengaruhi
kemampuan pasien dalam menoleransi pembedahan dan mencapai pemulihan yang
menyeluruh . pasien yang akan menjalani bedah sehari (one day care) harus
diperiksa secara teliti dan menyeluruh untuk menentukan kondisi kesehatan yang
mungkin akan meningkatkan resiko komplikasi selama atau setelah pembedahan.
Pengalaman bedah sebelumnya dapat
mempengaruhi respons fisik dan psikologis pasien terhadap prosedur pembedahan.
jenis pembedahan sebelumnya , tingkat rasa, ketidaknyamanan, besarnya
ketidakmampuan yang ditimbulkan, dan seluruh tingkat perawatan yang pernah
diberikan adalah factor-faktor yang mungkin akan diingat oleh pasien. Perawat
mengkaji semua komplikasi yang pernah dialami pasien . informasi ini akan
membantu perawat dalam mengantisipasi kebutuhan pasien selama pra dan
pascaoperatif.
Pembedahan sebelumnya juga dapat mempengaruhi
tingkat perawatan fisik yang dibutuhkan pasien setelah menjalani prosedur
pembedahan. misalnya, pasien yang pernah menjalani torakotomi untuk reseksi
lobus paru mempunyai resiko komplikasi paru-paru yang lebih besar daripada
pasien dengan paru-paru yang masih utuh dan normal.
Jika pasien menggunakan obat yang telah
diresepkan atau obat yang dibeli di luar apotik secara teratur, maka dokter
bedah atau ahli anestesi mungkin akan menghentikan pemberian obat tersebut
untuk sementara sebelum pembedahan atau mereka akan menyesuaikan dosisnya.
Beberapa jenis obat mempunyai implikasi khusus bagi pasien bedah. Obat ynag
diminum sebelum pembedahan secara otomatis akan dihentikan saat pasien selesai
menjalani operasi kecuali dokter meminta pasien untuk menggunakannya kembali.
Di unit bedah sehari, riwayat yang perlu
dikaji biasanya lebih singkat daripada riwayat yang seharusnya dikumpulkan.
Pengkajian hanya dilakukan pada saat pasien dirawat di rumah sakit dan sore
hari sebelum pembedahan dilakukan, karena terbatasnya waktu. Apabila pasien
tidak mampu memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan maka perawat dapat
bertanya pada anggota keluarga.
Pada pasien gawat darurat yang memerlukan
pembedahan cito, pengkajian riwayat kesehatan dilakukan secara ringkas terkait
factor-faktor yang mempengaruhi pembedahan dan anestesi umum. Pasien dikaji
tentang adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, tuberklusis paru, dan
berbagai penyakit kronis yang akan berdampak pada peningkatan resiko komplikasi
intraoperatif.
Riwayat alergi
Perawat harus mewaspadai adanya alergi
terhadap berbagai obat yang mungkin diberikan selama fase intraoperatif.
Apabila pasien mempunyai riwayat alergi satu atau lebih, maka pasien perlu
mendapat pita identifikasi alergi yang dipakai pada pergelangan tangan sebelum
menjalani pembedahan atau penulisan symbol alergi yang tertulis jelas pada
status rekam medis sesuai dengan kebijakan institusi . perawat juga harus
memastikan bagian depan lembar pencatatan pasien berisi daftar alergi yang
dideritanya.
Kebiasaan merokok, alcohol, dan narkoba
Pasien perokok memiliki resiko yang lebih
besar untuk mengalami komplikasi paru-paru pascaoperasi daripada pasien bukan
perokok. Perokok kronik telah mengalami peningkatan jumlah dan ketebalan
sekresi lendir pada paru-parunya. Anestesi umum akan meningkatkan iritasi jalan
napas dan merangsang sekresi pulmonal, karena sekresi tersebut akan
dipertahankan akibat penurunan aktivitas siliaris selama anestesi. Setelah
pembedahan, pasien perokok mengalami kesulitan yang lebih besar dalam
membersihkan jalan napasnya dari sekresi lendir.
Kebiasaan mengonsumsi alcohol mengakibatkan
reaksi yang merugikan terhadap obat anestesi . pasien juga mengalami toleransi
silang (toleransi obat meluas) terhadap pemakaian obat anestesi, sehingga
memerlukan dosis anestesi yang lebih tinggi dari normal. Selain itu dokter
mungkin perlu meningkatkan dosis analgesic pascaoperatif. Konsumsi alcohol
secara berlebihan juga dapat menyebabkan malnutrisi sehingga penyembuhan luka
menjadi lambat.
Pasien yang mempunyai riwayat adanya
pemakaian narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) perlu diwaspadai atas
kemungkinan yang lebih besar untuk terjangkit penyakit seperti HIV dan
hepatitis, terutama pada pasien pengguna narkoba suntik. Penggunaan obat-obatan
narkotika atau penyalahgunaan obat-obatan terlarang dapat mengganggu kemampuan
pasien mengontrol nyeri setelah operasi serta mempengaruhi tingkat serta jumlah
pemberian anestesi selama pembedahan. penggunaan narkoba suntik dapat
mengganggu system vascular dan menyulitkan akses ke dalam vena.
Pengkajian nyeri
Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.
Keluhan sensori yang dinyatakan sebagai pegal, linu, ngilu, keju, kemeng,
cangkeul, dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri.
Penting bagi setiap perawat untuk mempercayai
pasien yang melaporkan rasa nyeri . yang juga sama pentingnya adalah waspada
terhadap pasien yang mengabaikan nyeri. Misalnya mengungkapkan kenyataan bahwa
gangguan atau prosedur biasanya menimbulkan nyeri atau bahwa pasien tampak
meringis saat bergerak atau menghindari gerakan. Menggali alas an mengapa
pasien mengabaikan rasa nyeri juga sangat membantu. Banyak orang yang
menyangkal nyeri yang dialaminya karena mereka takut dengan pengobatan
/tindakan yang mungkin diberikan jika mereka mengeluh nyeri, atau takut menjadi
ketergantungan terhadap opioid jika obat-obat ini diberikan untuk mengatasi
nyerinya.
Kondisi penyakit dan posisi dapat menimbulkan
nyeri pada pasien, perawat perlu mengkaji pengalaman nyeri pasien sebelumnya,
metode pengontrolan nyeri yang digunakan, sikap pasien dalam menggunakan
obat-obatan peghilang rasa nyeri, respons perilaku terhadap nyeri, pengetahuan
pasien, harapan, dan metode manajemen nyeri yang dipilih karena akan member
dasar bagi perawat dalam memantau perubahan kondisi pasien.
Pengkaji nyeri yang benar memungkinkan
perawat perioperatif untuk menetapkan status nyeri pasien, lebih bertanggung
jawab dan bertanggung gugat terhadap perawatan yang diberikan, dan lebih
berorientasi pada sifat kemitraan dalam melakukan penatalaksanaan nyeri.
Perawat harus mengembangkan hubungan terapeutik yang positif dan memberi waktu
kepada pasien untuk mendiskusikan nyeri. Member posisi yang nyaman pada pasien
sebelum perawat bertanya dapat membantu pasien merasakan bahwa perawat peduli
akan dirinya. Perawat menghindari nyeri yang semakin buruk karena melakukan pengkajian
yang lama.
Perawat harus mempelajari cara verbal dan
nonverbal pasien dalam mengomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Meringis, menekuk
salah satu bagian tubuh, dan postur tubuh yang tidak lazim merupakan contoh
ekspresi nyeri secara nonverbal.
Pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektit
biasanya membutuhkan perhatian khusus selama pengkajian . anak-anak, individu
yang mengalami keterlambatan perkembangan, pasien yang menderita psikosis,
pasien yang sedang dalam kondisi kritis, pasien yang mengalami dimensia, dan
pasien yang tidak bisa berbicara bahasa Indonesia membutuhkan pendekatan dengan
cara yang berbeda. Pernyataan verbal anak-anak merupakan hal yang paling
penting. Anak-anak yang masih kecil mungkin tidak mengerti makna “nyeri”
sehingga dalam melakukan pengkajian perawat perlu menggunakan kata-kata,
seperti ouh, aduh, atau sakit. Untuk pasien yang mengalami gangguan kognitif,
perlu menggunakan pendekatan pengkajian yang sederhana, yaitu dengan melakukan
observasi ketat terhadap perubahan perilaku pasien. Untuk pasien yang sedang
dalam kondisi kritis dan mungkin mengalami penumpulan sensori, menggunakan
selang nasogastrik, atau jalan nafas artificial perawat mungkin perlu
mengajukan pertanyaan spesifik secara lansung kepada pasien sehingga pasien
dapat member jawaban dengan mengangguk dan menggelengkan kepala.
Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan
memahami nyeri dan prosedur yang menyebabkan nyeri. Anak-anak kecil yang belum
dapat mengungkapkan kata-kata juga mengalami kesulitan untuk mengungkapkan
secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas
kesehatan. Secara kognitif , anak-anak toddler dan prasekolah tidak mampu
mengingat penjelasan tentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai
pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi . dengan memikirkan
pertimbangan pemikiran ini, perawat harus mengadaptasi pendekatan yang
dilakukan dalam upaya mencari cara untuk mengkaji nyeri yang dirasakan
anak-anak (termasuk apa yang akan dinyatakan dan perilaku yang akan diobservasi)
dan bagaimana mempersiapkan seorang anak untuk prosedur medis yang menyakitkan
(whaley, 1995).
Apabila pasien berkomunikasi dengan bahasa
yang berbeda, maka akan sulit melakukan pengkajian nyeri . dalam situasi
seperti ini, seorang penerjemah atau seorang anggota keluarga mungkin
diperlukan untuk menjelaskan perasaan pasien dan sensasi yang dirasakan.
Pengkajian karakteristik nyeri secara PQRST
Keluhan dari pasien tentang nyeri yang
dirasakan merupakan indicator utama yang paling dapat dipercaya tentang
keberadaan dan intensitas nyeri dan apapun yang berhubungan dengan
ketidaknyamanan.. nyeri bersifat individual, sehingga pengkajian karakteristik
nyeri membantu perawat membentuk pengertian pola nyeri dan tipe manajemen nyeri
yang digunakan untuk mengatasi nyeri. Penggunaan instrument untuk menghitung
luas dan derajat nyeri bergantung kepada kondisi pasien yang sadar secara
kognitif dan mampu memahami instruksi perawat.
Pendekatan pengkajian karakteristik nyeri
dengan menggunakan metode PQRST dapat mempermudah perawat perioperatif dalam
melakukan pengkajian nyeri yang dirasakn pasien secara ringkas dan dapat
digunakan dalam kondisi praoperatif yang singkat.
Pengkajian psikososiospiritual
Kecemasan praoperatif
Kecemasan berasal dari bahasa latin “angere”
yang berarti untuk menghadapi (to strange) atau untuk distre. Hal ini berkaitan dengan kata “anger” yang berarti
kesedihan atau masalah. Kecemasan juga berkaitan dengan kata “to anguish” yang
menggambarkan adanya nyeri akut, penderitaan ,dan distress (stuart. 1998).
Cemas berbeda dengan rasa takut, dimana cemas disebabkan oleh hal-hal yang
tidak jelas termasuk di dalamnya pasien yang akan menjalani operasi karena
mereka tidak tahu konsekuensi pembedahan itu sendiri. Ketakutan memiliki objek
yang jelas dimana seseorang dapat mengidentifikasi dan menggambarkan objek
ketakutan. Ketakutan melibatkan penilain intelektual terhadap stimulus yang
mengancam sedangkan kecemasan merupakan penilaian emosional terhadap penilain
itu. Ketakutan diakibatkan oleh paparan fisik maupun psikologis terhadap
situasi yang mengancam, ketakutan dapat menyebabkan kecemasan, dua pengalaman
emosi ini dibedakan dalam ucapan, yaitu kita mengatakan memiliki rasa takut
tetapi menjadi cemas, inti permasalahn dalam suatu bentuk kecemasan adalah pada
penjagaan diri (chitty, 1997).
Berbagai dampak psikologis yang dapat muncul
adalah adanya ketidaktahuan akan pengalaman pembedahan yang dapat mengakibatkan
kecemasan yang terkespresi dalam berbagai bentuk seperti marah, menolak, atau
apatis terhadap kegiatan keperawatan. Pasien yang cemas sering mengalami
ketakutan atau perasaan tidak tenang . berbagai bentuk ketakutan muncul seperti
ketakutan akan hal yang tidak diketahui, misalnya terhadap pembedahan,
anestesi, masa depan, keuangan, dan tanggung jawab keluarga, ketakutan akan
nyeri, kematian, atau ketakutan akan perubahan citra diri dan konsepp diri.
Kecemasan dapat menimbulkan adanya perubahan
secara fisik maupun psikologis yang akhirnya megaktifkan saraf otonom
simpatis sehingga meningkatkan denyut
jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi napas, dan secara
umum mengurangi tingkat energy pada pasien, dan akhirnya dapat merugikan
individu itu snediri (rothrock, 1999). Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi,
kecemasan merupakan stressor yang dapat menurunkan system imunitas tubuh. Hal
ini terjadi melalui serangkaian aksi yang diperantarai oleh HPA-axis
(hipotalamus, pituitary, dan adrenal) . stress akan merangsang hipotalamus
untuk meningkatkan produksi corticotrophin releasing factor (CRF) . CRF ini
selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitary anterior untuk meningkatkan
produksi adrenocorticothropin hormone (ACTH). Hormone ini yang akan merangsang
korteks adrenalin untuk meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol inilah yang
selanjutnya akan menekan system tubuh
(guyton, 1996).
Prosedur pembedahan akan memberikan suatu
reaksi emosional bagi pasien, apakah reaksi tersebut jelas atau tersembunyi,
normal, atau abnormal, sebagai contoh kecemasan praoperatif merupakan suatu
respons antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai
suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan
kehidupan itu sendiri,sudah diketahui bahwa pikiran yang bermasalah secara
lansung akan mempengaruhi fungsi tubuh, oleh karena itu pentig untuk
mengidentifkasi ansietas yang dialami pasien.
Dengan mengumpulkan riwayat kesehatan secara
cermat, perawat akan menemukan kekhawatiran pasien yang didapat menjadi beban
lansung selama proses pembedahan. tidak diragukan lagi pasien yang menghadapi
pembedahan akan dilingkupi oleh ketakutan , termasuk ketakutan akan
ketidaktahuan,kematian, anestesi dan kanker, kekhawatiran mengenai kehilangan
waktu kerja, kemungkinan kehilangan pekerjaan, tanggung jawab terhadap
keluarga, dan ancaman ketidakmampuan permanen yang lebih jauh. Akan memperberat
ketegangan emosional yang sangat hebat yang diciptakan oleh proses pembedahan,
kekhawatiran yang nyata yang lebih ringan dapat terjjadi karena pengalaman
sebelumnya dengan system perawatan kesehatan dan orang-orang yang dikenal
pasien dengan kondisi yang sama. Akibatnya perawat harus memberikan dorongan
untuk pengungkapan serta harus mendengarkan, memahami, dan memberikan informasi
yang membantu menyingkirkan kekhawatiran tersebut (potter, 2006)
Meurut potter (2006) reaksi pasien terhadap
pembedahan didasarkan pada banyak factor,meliputi ketidaknyamanan dan
perubahan-perubahan yang diantisipasi baik fisik, financial, psikologis,
spiritual, social, atau hasil akhir pembedahan yang diharapkan.
Bagian terpenting dari pengkajian kecemasan
praoperatif adalah untuk menggali peran orang terdekat , baik dari keluarga,
sahabat, adanya sumber dukungan orang terdekat akan menurunkan kecemasan.
Perasaan
Perawat dapat mendeteksi perasaan paien
tentang pembedahan dari perilaku dan perbuatannya. Pasien yang merasa takut
biasanya akan sering bertanya , tampak tidak nyaman jika ada orang asing
memasuki ruangan. Atau secara aktif mencari dukungan dari teman dan keluarga.
Perasaan seringkali susah dikaji secara
keseluruhan jika pasien akan menjalani bedah sehari . biasanya perawat hanya
memiliki waktu yang singkat untuk membina hubungan dengan pasien,. Pada
beberapa program bedah sehari, perawat dapat mengunjungi rumah pasien atau
melakukan pengkajian melalui telepon sebelum hari pembedahan. dirumah sakit
perawat harus memilih waktu diskusi yaitu setelah melengkapi prosedur
kedatangan pasien ke rumah sakit atau setelah melengkapi pemeriksaan diagnostic
. perawat harus menjelaskan bahwa rasa takut dan khawatir merupakan perasaan yang normal , kemampuan pasien
mengungkapkan perasaannya bergantung pada keinginan perawat untuk mendengar,
member dukungan, dan membenarkan konsep yang salah (stuart 1999).
Jika pasien merasa tidak berdaya, perawat
harus menentukan alasannya. Diagnosis medis dapat menimbulkan pemahaman tentang
meningkatnya rasa ketergantungan dan kehilangan fungsi fisik atau mental.
Pikiran bahwa pasien akan “ditidurkan” selama masa anestesi menimbulkan rasa
khawatir akan kehilangan control . banyak pasien yang merasa perlu
mempertahankan kekuatannya untuk membuat keputusan tentang terapi yang
akandijalaninya .perawat harus meyakinkan bahwa pasien berhak untuk bertanya
dan mencari informasi.
Konsep diri
Pasien dengan konsep diri positif lebih mampu
menerima operasi yang dialaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri
pasien dengan cara meminta pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelamahan
dirinya , pasien yang cepat mengkritik mungkin mempunyai harga diri yang rendah
atau sedang menguji pendapat perawat tentang karakter mereka. Konsep diri yang
buruk mengganggu kemampuan beradaptasi dengan stress pembedahan dan memperburuk
rasa bersalah atau ketidakmampuannya (stuart 1999).
Citra diri
Pembedahan untuk mengangkat bagian tubuh yang
mengandung penyakit biasanya mengakibatkan perubahan bentuk atau fungsi tubuh
yang permanen. Rasa khawatir terhadap kelainan bentuk atau kehilangan bagian
tubuh akan menyertai rasa takut pasien.
Perawat mengkaji perubahan citra tubuh yang
pasien anggap akan terjadi akibat operasi.
Seringkali pembedahan mengubah aspek fisik
atau psikologis seksual pasien. Eksisi jaringan payudara, kolostomi,
ureterostomi, atau Pengangkatan kelenjar prostat dapat mempengaruhi persepsi
pasien tentang seksualitas mereka. Pembedahan seperti perbaikan hernia atau
ekstraksi katarak menyebabkan pasien tidak melakukan hubungan seksual sampai
normal kembali.
Perawat harus mendorong pasien untuk
mengekspresikan kekhawatiran mereka tentang seksualitas. Pasien yang menghadapi
disfungsi seksual yang bersifat sementara. Memerlukan pemahaman dan dukungan .
diskusi tentang seksualitas klien harus dilakukan dengan pasangan seksual
mereka sehingga mereka dapat saling memahami cara mengatasi keterbatasan fungsi
seksual yang terjadi.
Sumber koping
Pengkajian terhadap perasaan dan konsep diri
akan membantu perawat menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi stress akibat
pembedahan ,perawat juga bertanya tentang manajemen stress yang biasa dilakukan
pasien sebelumnya . apabila pasien pernah menjalani pembedahan, maka perawat
perioperatif perlu menentukan perilaku yang dapat membantu pasien dalam
menghilangkan ketegangan atau kecemasannya . perawat dapat menginstruksikan
pasien untuk melakukan latihan relaksasi untuk membantu mengontrol ansietas.
Perawat perioperatif mengkaji adanya dukungan
yang dapat diberikan oleh anggota keluarga atau teman. Pada saat pengkajian
atau saat perawat memberi instruksi atau penjelasan, pasien mungkin
menginginkan kehadiran orang lain. Pada konsep perioperatif adanya anggota
keluarga dapat dimaksimalkan perawat perioperatif sebagai pelatih pasien.
Menawarkan dukungan yang berharga selam periode pasca operatif karena
partisipasi dari pasien terhadap keseluruhan fase perioperatif merupakan hal
yang penting.
Kepercayaan spiritual
Kepercayaan spiritual memainkan peranan
penting dalam menghadapi ketakutan dan ansietas. Tanpa memandang agama yang
dianut pasien, kepercayaan spiritual dapat menjadi medikasi terapeutik. Segala
upaya harus dilakukan untuk membantu pasien mendapat bantuan spiritual yang
diinginkan . keyakinan mempunyai kekuatan yang sangat besar , oleh karena itu
kepercayaan yang dimiliki oleh setiap pasien harus dihargai dan didukung.
Menghormati nilai budaya dan kepercayaan pasien dapat mendukung terciptanya
hubungan dan saling percaya.
Kemampuan yang paling berguna bagi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan adalah kemampuan untuk mendengarkan pasien,
terutama saat mengumpulkan riwayat kesehatan pasien. Melalui keterlibatan dalam
percakapan dan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi mewawancara, perawat
dapat mengumpulkan informasi dan wawasan yang sangat berharga . perawat yang
tenang memperhatikan, dan pengertian akan menimbulkan rasa percaya pasien.
Pengetahuan, persepsi dan pemahaman
Perawat harus mempersiapkan pasien dan keluarganya
untuk menghadapi pembedahan , dengan mengidentifikasi pengetahuan, persepsi,
dan pemahaman pasien, dapat membantu perawat merencanakan penyuluhan dan
tindakan untuk mempersiapkan kondisi emosional pasien. Apabila pasien
dijadwalkan menjalani bedah sehari, maka pengkajian dapat dilakukan di ruang
praktik dokter atau rumah pasien.
Setiap pasien merasa takut untuk datang ke
tempat pembedahan. beberapa diantaranya disebabkan karena pengalaman di rumah
sakit sebelumnya, peringatan dari teman dan keluarga. Atau karena kurang
pengetahuan. Perawat menghadapi dilema etik saat pasien memahami informasi yang
salah atau tidak menyadari alas an dilakukannya pembedahan. perawat menanyakan
gambaran pemahaman pasien tentang pembedahan dan implikasinya.
Informed consent
Informed consent
adalah suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar dan sukarela oleh pasien
sebelum suatu pembedahan dilakukan. Izin tertulis tersebut dapat melindungi
pasien dari kelainan dalam prosedur pembedahan dan melindungi ahli bedah
terhadap tuntutan dari suatu lembaga hukum demi kepentingan bersama, semua
pihak yang terkait perlu mengikuti prinsip medikolegal yang baik (Potter,
2006).
Tanggung jawab perawat adalah untuk
memastikan bahwa informed consent telah diminta oleh dokter dan ditanda tangani
secara sukarela oleh pasien. Sebelum pasien menandatangani informed consent,
ahli bedah harus memberikan penjelasan yang jelas dan sederhana tentang apa
yang akan diperlukan dalam pembedahan. ahli bedah juga harus menginformasikan
pasien tentang alternatif –alternatif yang ada, kemungkinan resiko, komplikasi,
perubahan bentuk tubuh, menimbulkan kecacatan,ketidakmampuan, pengangkatan
bagian tubuh, dan juga tentang apa yang diperkirakan terjadi pada periode pasca
operatif awal dan lanjut. Persetujuan tindakan medic ini diperlukan pada:
·
Suatu prosedur tindakan invasive, seperti
insisi bedah, biopsy, sistoskopi, atau parasintesis
·
Intervensi dengan menggunakan anestesi
·
Prosedur nonbedah yang resikonya lebih dari
sekedar risiko ringan, contohnya prosedur arteriografi
·
Prosedur yang mencakup terapi radiasi atau
kobal
Pasien secara pribadi menandatangani consent
tersebut jika telah mencapai usia yang ditentukan dan mampu secara mental, bila
pasien dibawah umur, tidak sadar, atau tidak kompeten, maka izin harus didapat
dari anggota keluarga yang bertanggung jawab atau wali yang sah.
Pada kasus-kasus kedaruratan, penting bagi
ahli bedah untuk mengambil tindakan yang bersifat penyelamatan tanpa informed
consent dari pasien. Namun, upaya untuk menghubungi pihak keluarga pasien harus
terus dilakukan. Pada situasi seperti ini , komunikasi dapat dilakukan melalui
telepon, telegram, facsimile,, atau media elektronik lainnya.
Jika pasien ragu-ragu dan tidak sempat
mencari pengobatan alternative , maka opini orang kedua dapat diminta, tidak
ada pasien yang boleh dipaksa untuk menandatangani izin operasi. Penolakan
terhadap prosedur pembedahan adalah hak hukum dan hak istimewa seseorang. Akan
tetapi, informasi tersebut harus didokumentasikan dan disampaikan kepada ahli
bedah sehingga pengaturan lain dapat dibuat. Sebagai contoh, penjelasan
tambahan dapat diberikan kepda pasien dan keluargnya atau pembedahan dapat
dijadwalkan ulang .
Proses penandatanganan informed consent ini
dapat dilengkapi dengan penjelasan dan harus dipastikan bahwa pasien dapat
memahami dan mengerti isi atau maksud dari informed consent tersebut. Fomulir
informed consent yang sudah ditandatangani diletakkan direkam medic pada posisi
yang mudah dilihat. Pemeriksaan fisik
Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam
melakukan pemeriksaan fisik , mulai dari pendekatan heat to toe hingga
pendekatan per system . perawat dapat menyesuaikan konsep pendekatan
pemeriksaan fisik dengan kebijakan prosedur yang digunakan institusi tempat ia
bekerja. Pada pelaksanaanya, pemeriksaan yang dilakukan bisa mencakup sebagian
atau seluruh system, bergantung pada banyaknya waktu yang tersedia dan kondisi
praoperatif pasien. Focus pemeriksaan yang dilakukan adalah melakukan
klarifikasi dari hasil temuan saat melakukan anamnesis riwayat kesehatan pasien
dengan system tubuh yang akan dipengaruhi atau memengaruhi respons pembedahan.
Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan keadaan umum pasien praoperatif
meliputi penampilan umum dan prilaku, pangkajian tingkat kesadaran dan pengkajian
status nutrisi.
Penampilan Umum
Pada pengkajian keadaan umum, secara ringkas
perawat melakukan survei keadaan umum untuk mengobservasi panampilan umum
pasien. Bentuk dan pergerakan tubuh dapat menggambarkan kelemahan yang
disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan adanya intervensi pembedahan.
secara ringkas, pengkajian yang berhubungan dengan praoperatif meliputi
elemen-elemen berikut ini:
·
Usia
Usia akan memengaruhi karakteristik fisik
normal. Kemampuan untuk berpartisipasi dalam beberapa bagian pemeriksaan fisik
praoperatif juga dipengaruhi oleh usia.
·
Tanda distres
Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang
mengindikasikan nyeri, kesulitan bernapas, atau kecemasan. Tanda tersebut dapat
membantu perawat dalam membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan
diperiksa terlebih dahulu.
·
Jenis tubuh
Perawat mengobservasi jika pasien tanpak
ramping, berotot, obesitas, atau sangat kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan
tingkat kesehatan, usia, dan gaya hidup.
·
Postur
Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah
pasien memiliki postur tubuh yang merosot, tegak, dan bungkuk. Postur dapat
mencerminkan alam perasaan atau adanya nyeri.
·
Gerakan tubuh
Observasi gerakan tersebut bertujuan untuk
memperhatikan apakah terdapat tremor di ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya
bagian tubuh yang tidak bergerak.
·
Kebersihan diri dan bau badan
Tingkat kebersihan diri pasien dicatat dengan
mengobsevasi penampilan rambut, kulit, dan kuku jari. Bau badan yang tidak
sedap dapat terjadi karena kebersihan diri yang buruk atau akibat patologi
penyakit tertentu. Kondisi kebersihan praoperatif merupakan hal yang penting
diperhatikan karena dapat memengaruhi konsep asepsis intraoperasi dan akan
memberikan data dasar pada perawat untuk memberikan intervensi praoperatif terkait
kebutuhan pemenuhan kebersihan area pembedahan.
·
Afek dan alam perasaan
Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat
oleh orang lain. Alamperasaan atau status emosi diekpresikan secara verbal dan
nonverbal.
·
Bicara
Bicara normal adalah bicara yang dapat
dipahami, diucapkan dengan kecepatan sedang dan menunjukkan hubungan dengan apa
yang dipikirkan.
Pengkajian
tingkat kesadaran
Penilaian tingkat respons kesadaran secara
umum dapat mempersingkat pemeriksaan. Pengenalan kondisi klinis pada setiap
tingkat kesadaran akan memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian.
Pada keadaan emergensi , kondisi pasien dan
waktu untuk mengumpulkan data penilaian tingkat kesadaran sangat terbatas. Oleh
karena itu, skala koma Glasgow dapat memberikan jalan pintas yang sangat
berguna . skala tersebut memungkinkan pemeriksa untuk membuat peringkat tiga
respons utama pasien terhadap lingkungan, yaitu : membuka mata, mengucapkan
kata, dan gerakan.
Pada setiap kategori, respons yang terbaik
diberikan nilai, nilai total maksimum untuk sadar penuh dan terjaga adalah 15.
Nilai minimum 3 menandakan pasien tidak memberikan respons. Jika nilai
keseluruhan adalah 8 atau dibawahnya, maka berhubungan dengan koma, jika
bertahan dalam waktu yang lama mungkin dapat menjadi satu tanda akan buruknya
pemulihan fungsi. System penilaian ini dirancang sebagai pedoman untuk
mengevaluasi dengan cepat pasien yang sakit saat kritis atau pasien yang cedera
sangat berat dan status kesehatannya dapat berubah dengan cepat.
Pengkajian
status nutrisi
Pengkajian status nutrisi dengan menggunakan
berat dan tinggi badan merupakan
indicator status nutrisi yang penting . kebutuhan nutrisi ditentukan dengan
mengukur tinggi dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar
protein darah, dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi
harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup guna
perbaikan jaringan.
Perbaikan jaringan normal dan resistensi
terhadap infeksi bergantung pada status
nutrisi yang cukup. Pembedahan akan meningkatkan kebutuhan nutrisi.
Setelah pembedahan, pasien membutuhkan minimal 1500 kkal/hari untuk
mempertahankan cadangan energy. Peningkatan protein , vitamin A dan C serta zat
besi akan mempercepat penyembuhan luka. Pasein malnutrisi cenderung mengalami
penyembuhan luka yang kurang baik, berkurangnya penyimpangan energy, dan
infeksi setelah operasi. Apabila pasien menjalani pembedahan efektif , maka
ketidakseimbangan nutrisi dapat diperbaiki sebelum pembedahan. namun jika
pasien malnutrisi harus menjalani prosedur darurat, maka upaya perbaikan
nutrisi dilakukan setelah pembedahan. (potter,2006) .
Dehidrasi, hipovolemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit umum
terjadi dan harus didokumentasikan dengan cermat. Tingkat keparahan sering
sulit untuk ditentukan , ketika pasien sedang dipersiapkan untuk pembedahan,
maka tambahan waktu mungkin diperlukan untuk memperbaiki deficit cairan guna
meningkatkan kondisi praoperatif sebaik mungkin.
Obesitas sangat meningkatkan resiko dan
komplikasi yang berkaitan dengan pembedahan, selama pembedahan, jaringan lemak
rentan terhadap infeksi . selain itu , obesitas mengakibatkan peningkatan
masalah-masalah tehnik dan mekanik . oleh karena itu, dehisens (perlepasan
luka) dan infeksi luka umum terjadi. Pasien obesitas biasanya lebih sulit
dirawat karena akibat peningkatan berat badan , pasien menjadi bernafas tidak
optimal ketika berbaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan
komplikasi pulmonal pascaoperatif . selain itu, distensi abdomen, flebitis,
gangguan system kardiovaskular, endokrin, hepatica, dan penyakit biliari
terjadi lebih sering pada pasien dengan obesitas. Telah diperkirakan bahwa
untuk setiap kelebihan berat badan 13 kg, diperlukan seiktar 40 km pembuluh
darah. Kebutuhan yang meningkat pada jantung dalam hal ini sangat jelas
(potter, 2006).
Obesitas meningkatkan resiko pembedahan
akibat menurunnya ventilasi dan fungsi jantung, pasien akan mengalami kesulitan
melakukan aktivitas fisik normal setelah pembedahan, pasien obesitas rentan mengalami
penyembuhan luka yang buruk dan infeksi luka karena struktur jaringan lemak
memiliki suplai darah yang buruk . suplai darah yang buruk akan memperlambat
pengiriman nutrisi yang penting, antibody,dan enzim yang dibutuhkan untuk
penyembuhan luka. Pasien obesitas sering mengalami kesulitan penutupan luka
karena tebalnya lapisan adipose. Klien obesitas juga beresiko mengalami
dehisens (terbukanya garis jahitan operasi).
Pemeriksaan
tanda –tanda vital
Pemeriksaan awal fisik dilakukan dengan
memeriksa tanda-tanda vital . tanda vital diukur untuk menentukan status
kesehatan atau untuk menilai respons pasien terhadap stress intervensi
pembedahan.
‘pemeriksaan TTV meliputi pengukuran suhu , nadi, tekanan
darah, dan frekuensi pernapasan. Sebgai indicator dari status kesehatan ,
ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi =, respirasi, serta fungsi
neurologis dan endokrin tubuh . karena sangat penting, maka disebut dengan
vital. Banyak factor seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan efek sakit yang
menyebabkan perubahan tanda vital hingga kadang-kadang diluar batas normal.
Pengukuran tanda vital member data untuk menentukan status kesehatan pasien
yang lazim (data dasar), seperti respons terhadap stress fisik dan psikologis .
perubahan pada tanda vital menandakan kebutuhan dilakukannya intervensi
keperawatan dan medis praoperatif.
Pengkajian tanda-tanda vital praoperatif
memberikan data dasar yang penting untuk dibandingkan dengan perubahan
tanda-tanda vital yang terjadi selama dan setelah pembedahan. pengkajian
tanda-tana vital praoperatif juga penting untuk menentukan adanya abnormalitas
cairan dan elektrolit . peningkatan denyut jantung dapat disebabkan karena
kekurangan volume cairan plasma, kekurangan kalium, atau kelebihan natrium.
Apabila denyut nadi kuat dank eras, hal tersebut mungkin disebabkan karena
kelebihan volume cairan. Disritmia jantung umumnya disebabkan oleh
ketidakseimbangan elektrolit.
Peningkatan suhu sebelum pembedahan merupakan
penyebab yang harus diperhatikan . apabila pasien mengalami infeksi , maka
dokter bedah dapat menunda pembedahan sampai infeksi tersebut teratasi.
Peningkatan suhu tubuh meningkatkan resiko ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit setelah pembedahan.
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan
efisien untuk memantau kondisi pasien. Teknik dasar inspeksi, palpasi, dan
auskultasi digunakan untuk menentukan tanda vital. Keterampilan ini sederhana,
tetapi tidak boleh diabaikan. Pengkajian tanda vital memungkinkan perawat untuk
mengidentifikasi diagnosis keperawatan , mengimplementasikan rencana intervensi
, dan mengevaluasi keberhasilan bila tanda vital dikembalikan pada batas nilai
yang dapat diterima. Pemeriksaan tanda vital merupakan unsure yang penting bila
perawat dan dokter melakukan kolaborasi dalam menentukan statu s kesehatan
pasien. Teknik pengukuran yang cermat menjamin temuan akurat pula.
Kepala
dan leher
Survey kepala
Riwayat keperawatan akan mendeteksi adanya
cedera intracranial dan deformitas local atau congenital. Perawat mulai dengan
menginspeksi posisi kepala dan gambaran wajah pasien. Posisi kepala normalnya
tegak dan stabil.
Perawat mengobservasi gambaran wajah pasien,
melihat kelopak mata, alis,lipatan nasolabial, dan mulut untuk mengetahui
bentuk dan kesimetrisannya, sedikit ketidaksimetrisan merupakan suatu hal yang
normal . jika terdapat ketidaksimetrisan pada wajah, maka perawat menilai
apakah seluruh bagian atau hanya sebagian dari wajah saja yang terkena.
Berbagai gangguan neurologis seperti paralisis saraf fasial, akan memengaruhi
saraf lain yang juga mempersarafi otot-otot wajah.
Mata
Observasi gambaran kesimetrisan mata kanan
dan mata kiri. Kesimetrisan wajah pasien dikaji untuk melihat apakah kedua mata
terletak pada jarak yang sama. Perawat memeriksa apakah salah satu mata lebih
besar atau menonjol ke depan melalui pemeriksaan posisi istirahat dan garis
mata atas.
Alis diobservasi kuantitas dan penyebaran
rambutnya. Kelopak mata diinspeksi warna, keadaan kulit, dan ada/tidaknya bulu
mata serta arah timbulnya . batas kelopak diperiksa akan adanya lesi seperti
tonjolan atau tumor. Terkadang pada fraktur dasar tengkorak di fosa anterior,
darah dapat merembes dari robekan dura hingga ke rongga orbita . hematoma yang
terjadi menyebabkan gambaran mata hitam yang dikenal sebagai raccoon eyes
pasien dengan fraktur dikaji
ada/tidaknya kebocoran cairan serebrospinal dari hidung.
Mata dan kelopak mata orang yang kekurangan
nutrisi atau dehidrasi Nampak seperti tenggelam atau cekung karena lemak dan
cairan yang tersimpan di belakang bola mata hilang. Ptosis (turunnya kelopak)
dapat disebabkan oleh edema, kelemahan oto, defek congenital, atau masalah
neurologis (SOIII) yang disebabkan oleh trauma atau penyakit.
Konjungtiva dan sclera. Konjuntiva adalah
membrane mukosa tipis dan transparan yang melapisi bagian posterior kelopak
mata dan melipat kea rah bola mata untuk melapisi bagian anterior bola mata.
Sclera dikaji warnanya , biasanya putih . warna kekuningan merupakan indikasi
ikterus atau masalah sistemik. Pada individu yang berkulit hitam, sclera normal
juga bisa terlihat kuning, terdapat titik kecil, gelap, dan berpigmen.
Pemeriksaan konjungtiva praoperatif akan memberiakan data dasar untuk
intervensi.
Pupil normal berbentuk bulat, letaknya di
tengah , dan memiliki ukuran yang sama antara kiri dan kanan. Terdapat kurang
lebih 5% individu yang secara normal memiliki perbedaan dalam ukuran pupil.
Perbedaan ini disebut anisokor. Ukuran pupil bervariasi pada tiap individu yang
terpapar cahaya dalam jumlah yang sama. Pupil yang lebih kecil ditemukan pada
lansia. Individu dengan myopia (hanya dapat melihat dari dekat) mempunyai pupil
yang lebih besar, sedangkan individu hipertopi (hanya dapat melihat jauh)
mempunyai pupil yang lebih kecil. Diameter pupil normal adalah 2-6 mm . pupil
yang ukurannya kurang dari 2 mm disebut konstriksi (miosis), sedangkan pupil
yang berukuran lebih dari 6 mm disebut dilatasi (midriasis).
Kaji respons pupil terhadap cahaya . respons
pupil terhadap cahaya lebih mudah diobservasi jika uji ini dilakukan di ruang
gelap. Akan tetapi, pada individu dengan mata cokelat tua, lebih sulit bagi
perawat untuk mendeteksi peruabahan yang ada. Konstriksi kedua pupil merupakan
respons normal terhadap sinar lansung , meningkatnya cahaya menyebabkan pupil
konstriksi, sedangkan penurunan cahaya menyebabkan pupil dilatasi. Pupil juga
mengecil atau konstriksi dalam respons terhadap akomodasi (perubahan focus
akibat berubahnya pandangan dari objek jauh ke dekat).
Perawat mengkaji reaksi pupil terhadap sinar
dengan menganjurkan pasien untuk lurus ke depan sambil cepat membawa sinar
senter dari samping dan mengarahkan ke pupil mata kanan (oculus dextra).
Konstfasriksi pada pupil OD merupakan direct response terhadap cahaya senter ke
dalam mata tersebut, konstruksi pada pupil mata kiri (oculus sinistral) selama
cahaya diarahkan pada OD dikenal sebagai consensual response. Kedua aphakia
(tidak adanya lensa mata) pupil berwarna hitam, sedangkan pada kondisi katarak,
pupil berwarna putih
Hidung
dan sinus
Lakukan inspeksi palatum mole dan sinus
nasalis dengan tujuan mengkaji drainase sinus yang menggambarkan adanya infeksi
sinus atau pernapasan.
Mulut,
bibir,lidah dan palatum
Kondisi membrane mukosa mulut menunjukkan
status dehidrasi. Pasien dehidrasi mengalami ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit yang serius selama pembedahan. pada pasien yang mempunyai riwayat
trauma atau fraktur mandibua akan ditemukan pergeseran gigii dan gusi.
Pemeriksaan
leher
Otot leher, modus limfatik di kepala dan
leher, arteri carotid, vena jugularis, kelenjar tiroid, dan trakea terdapat di
dalam leher ,pada pemeriksaan fisik praoperatif , pemeriksaan leher yang lazim
dilakukan adalah memeriksa nodus limfatik dan kelenjar tiroid.
Nodus limfatik diperiksa dengan cara palpasi
menggunakan jari tengah dan gerakan memutar . nodus limfatik normalnya tidak
mudah dipalpasi tetapi nodus yang kecil dapat digerakkan dan tidak nyeri saat
ditekan merupakan hal yang umum ditemukan. Nodus limfatik yang besar, menetap ,
meradang atau nyeri tekan mengindikasikan adanya seperti infeksi local,
penyakit sistemik, atau neoplasma. Pada saat nodus yang besar itu ditemukan,
perawat harus mengeksplorasi area dan wilayah sekitarnya yang memperoleh
drainase dari nodus tersebut untuk adanya melihat tanda infeksi atau keganasan,
nyeri tekan biasanya terjadi akibat iflamasi. Mencatat nodus mana yang membesar
dapat membantu melokalisasi area infeksi . sebagai contoh, infeksi telinga
biasanya mengalir ke nodus yang tidak nyeri saat ditekan, keras dank has,
setelah infeksi yang serius nodus dapat terus membesar tetapi tidak nyeri
ditekan.
Kelenjar tiroid berada di leher bawah
anterior, didepa. Dan kedua sisi trakea. Kelenjar tersebuu berada di takea
dengan isthmus yang mendasari trakea dan menghubungkan dua lobus yang ireguler
dan berbentuk kerucut. Perawat berdiri di dpan pasien dan mengicpesi area bahw
a leher,memeriksa kelenjar tiroid da menginspeksi adanya massa yang terlihat,
kesimetrisan, dan ksempurnaan bentuk dibagian dasar leher . meminta pasien
unutk menghiperekstensikan leher dapat membantu mengencangkan kullit , sehingga
kelenjar tersebut lebih mudah dilihat . perawat menawarkan segelas air dan
kemudian meminta pasien untuk menelannya sambil memperhatikan apakah ada
kelenjar yang menonjol. Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapat dilihat di gambar
System saraf
Selama mengkaji riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik, perawat mengobsevasi tingkat orientasu,kesadaranm mood
pasien, serta memperhatikan apakah pasien dapat menjawab pertanyaan dengan
tepat dan dapat mengingat kejadian yang baru dan kejadian masa lal. Pasien yang
akan menjalani pembedahan karena penyakit neurologis (misalnya tumor otak)
keungkinan menunjukkan gangguan tingkat kesadaran atau perubahan perilaku,
tingkat kesadaran dapat berubah karena anestesi umum. Namun setelah efek
anestesi menghilang , tingkat respons pasien akan kembali pada tingkat respons
sebelum operasi.
Jika pasien akan mendapatkan anestesi spinal,
maka pengkajian praoperatif terhadap fungsi dan kekuatan motorik kasar sering
dilakukan . anestesi spinal menyebabkan
ekstremitas bawah mengalami paralisis sementara. Perawat harus menyadari adanya
kelemahan atau gangguan mobilisasi pada ekstrimitas bawah pasien agar perawat
tidak cemas jika seluruh fungsi motorik tidak kembali normal pada saat efek
anestesi spinal menghilang.
Pengkajian sensibilitas prabedah sangat
bermanfaat sebagai bahan evaluasi pada saat pascaanestesi di ruang pemulihan
Sistem
endokrin
Pada diabetes yang tidak terkontrol , bahaya
utama yang megancam hidup adalah hipoglikemia. Hipoglikemia perioperatif mungkin
terjadi selama anestesi, akibat asupan karbohidrat pasctif yang tidak adekuat
atau pemberian obat insulin yang berlebihan , bahaya lain yang mengancam pasien
tetapi onsetnya tidak secepat hipoglikemia adalah asidosis atau glukosuria.
Secara umum, resiko pembedahan bagi pasien dengan diabetes mellitus yang tidak
terkontrol tidak lebih besar dari pasien nondiabetes, namun pemantaun kadar
gula darah secara rutin penting dilakukan sebelum , selama, dan setelah
pembedahan.
Pasien yang mendapat kortikosteroid berisiko
mengalami insufisiensi adrenal. Oleh karena itu, penggunaan medikasi steroid
untuk segala tujuan selama tahun-tahun sebelumnya harus dilaporkan pada ahli
anestesi dan ahli bedah.
Dada
dan tulang belakang
Payudara
Tujuan pemeriksaan payudara adalah untuk
mengklarifikasi riwayat atau keluhan pasien tentang adanya massa pada payudara.
Pemeriksaan dimulai dengan melakukan observasi ukuran dan kesimetrisan
payudara. Perbedaan ukuran dan ketidak simetrisan dapat disebabkan oleh
inflamasi atau massa. Perawat kemudian menilai kontur atau bentuk payudara dan
mencatat adanya massa, dataran, retraksi, atau lesung. Retraksi atau lesung
terjadi akibat invasi ligament oleh tumor atau kanker payudara, jika pasien
mengeluhkan adanya massa. Maka perawat harus memeriksa payudara pada sisi lain
terlebih dahulu untuk memastikan perbandingan yang objektif antara sisi
jaringan normal dan abnormal . selama palpasi, perawat mencatat konsistensi
jaringan payudara. Normalnya jaringan payudara terasa padat, keras dan elastic
Massa abnormal dipalpasi untuk menentukan
lokasi, diameter massa dalam sentimeterl, bentuk (misalnya bulat atau cakram)
konsistensi (lunak, liat atau keras) adanya nyeri tekan kemampuan mobilitas,
dan kondisi tepi massa (jelas atau tidak) lesi kanker bersifat keras tidak
dapat digerakkan tidak ada nyeri tekan dan bentuknya tidak teratur. Kondisi ini
dicirikan dengan benjolan payudara yang nyeri dan terkadang rabas putting.
Gejala tersebut lebih nyata terjadi selama periode menstruasi. Jika dipalpasi,
kista (benjolan) terasa lunak, berbeda, dan dapat digerakkan kista dalam
biasanya terasa keras.
Sistem Pernapasan
Pemeriksaan praoperatif sistem pernapasan
dapat menjadi data dasar rencana intervensi pascaoperatif. Pemeriksaan dimulai
dengan melihat keadaan umum sistem peranapasan dan tanda-tanda abnormal seperti
sisnosis, pucat, kelelahan, sesak napas, batuk, penilaian produksi sputum, dan
lainnya. Karena harus melakukan pengkajian fisik secara inspeksi, maka perawat
harus memahami kondisi sistem pernapasan dalm rongga torak secara imajiner. Hal
ini sangat berguna bagi perawat dalam memeriksa kondisi normal dan abnormal
dari interpretasi pemeriksaan fisik.
Penilaian bentuk dada secara inspeksi
dilakukam untuk melihat seberapa jauh kelainan yang terjadi pada pasien. Benuk
dada normal pada orang dewasa adalah diameter anteropsoterior dalam proporsi
terhadap diameter lateral adalah 1:2. Kondisi yang tidak normal, seperti barrel chest akan meningkatkan resiko
pembedahan dan memberikan implikasi pada penyuluhan preoperasi tentang latihan
batuk efektif dan latihan napas diafragma.
Perawat kemudian melakukan pemeriksaan
palpasi untuk menilai adanya kelainan pada dinding toraks dan merasakan
perbedaan getaran suara napas. Kelainan yang mungkin didapatkan pada
pemeriksaan ini seperti: nyeri tekan, adanya emfisema subkutan atau terdapat
penuruanan getaran saura napas pada satu
sisi akibat adanya cairan atau udara pada rongga pleura.
Perkusi pada paru yang normal menimbulkan
nadan sonor, sedangkan perkusi pada struktur yang berongga seperti, usus atau
pneumotoraks, menimbulkan nada hipersonor. Pemeriksaan auskultasi praoperatif
ditunjukkan untuk menilai atau mengkaji aliran udara melalui cabang bronkus dan
mengevaluasi adanya cairan atau obstruksi padat dalam struktur paru. Untuk
menentukan kondisi paru-paru pemeriksa mengauskultasi bunyi napas normal, bunyi
napas tambahan, dan bunyi suara. Auskultasi bunyi napas akan menunjukkan apakah
pasien mengalami kongesti paru atau penyempitan jalan napas. Adanya atelektasis
atau kelembaban pada jalan napas akan memperburuk kondisi pasien selama
pembedahan. Kongesti paru yang serius dapat menyebabkan ditundanya pembedahan.
Beberapa obat anestesi dapat menyebabkan spasme otot laring. Oleh karena itu,
jika perawat mendengar bunyi mengi saat mengauskultasi jalan napas pada
pemeriksaan praoperatif, maka hal ini menunjukkan bahwa pasien berisiko
mengalami penyempitan jalan napas yang lebih lanjut selama pembedahan.
Pemeriksaan dada lainnya adalah dengan
menilai adanya dilatasi vena pada bagian anterior dada yang merupakan salah
satu tanda dari adanya tumor mediastinum.
Sistem Kardiovaskular
Lakukan inspeksi ada/ tidaknya parut bekas
luka. Operasi jantung sebelumnya akan menimbulkan bekas parut pada dinding
dada. Lokasi dari parut memberi petunjuk mengenai lesi katup yang telah
dioperasi. Kebanyakan pembedahan katup memerlukan cardiopulmonary bypass
yang berarti akan dilakukan sternontomi medial (irisan pada bagian medial
sternum).
Pemeriksaan tekanan darah praoperatif
dilakukan untuk menilai adanya peningkatan tekanan darah di atas normal
(hipertensi) yang berperngaruh pada kondisi hemodinamik intraoperatif dan
pascaoperatf. Apabila pasien mempunyai penyakit jantung, maka perawat harus
mengkaji karakter denyut jantung apikal. Setelah pembedahan, perawat harus
membandingkan frekuensi dan irama nadi dengan data yang diperoleh sebelum
operasi. Obat-obatan anestesi, perubahan dalam keseimbangan cairan, dan
stimulasi respons stres akibat pembedahan dapat menyebabkan disnritmia jantung.
Perawat mengkaji nadi perifer, waktu
pengisian kapiler dan warna serta suhu ekstremitas untuk menentukan status
sirkulasi pasien. Waktu pengisian kapiler dikaji untuk menilai kemampuan
perfusi perifer. Pengukuran pengisian kapiler penting dilakukan pada pasien
yang menjalani pembedahan vaskular atau pasien yang ekstremitsnya dipasang gips
ketat.
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pembedahan akan direspons oleh tubuh sebagai
sebuah trauma. Akibat respons stres adrenokortikal, reaksi hormonal akan
menyebabkan retensi air dan natrium serta kehilangan kalium dalam 2-5 hari
pertama setelah pembedahan. Banyaknya protein yang dipecah akan menimbulkan
keseimbangan nitrogen yang negatif. Beratnya respons stres memengaruhi tingkat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Semakin luas pembedahan, maka akan
semakin berat pula stres akibat kehilangan cairan dan elektrolit intraoperatif.
Pasien yang mengalami hipovolemik atau
perubahan elektrolit praoperatif yang serius mempunyai resiko yang siginifikan
selama dan setelah pembedahan. Misalnya, kelebihan atau kekurangan kalium akan
meningkatkan peluang terjadinya disrtimia. Apabila pasien sebelumnya telah
mempunyai gangguan pada ginjal, gastrointestinal, atau kardiovaskular, maka
risiko terjadinya perubahan cairan dan elektrolit akan semakin besar.
PENGKAJIAN TULANG BELAKANG
Pemeriksaan sekilas dalam inspeksi tulang
belakang yang penting adalah penilaian kurvatura atau lengkung dari tulang
belakang. Kurvatura tulang belakang yang normal biasanya konveks pada bagian
dada dan konkaf sepanjang leher dan pinggang. Jika dilihat dari samping
lengkung kolumna vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung
anterior-posterior, yaitu lengkung vertikal pada daerah leher melengkung ke
depan, daerah torakal melengkung ke belakang , daerah lumbal melengkung ke
depan, dan daerah pelvis melengkung ke belakang. Pengetahuan perawat yang benar
tentang pengenalan kurvatura tulang belakang akan memudahkan perawat dalam
mengenal adanya deformitas pada setiap segmen dari tulang belakang.
Deformitas tulang belakang yang perlu
diperhatikan pada pemeriksaan praoperatif meliputi skoliosis, yaitu
pembengkokan pada tulang belakang ke arah lateral dan kifosis, yaitu kenaikan
kurvatura tulang belakang bagian dada yang akan menurunkan kemampuan pengembangan
paru secara maksimal sehingga menambah risiko pembedahan.
ABDOMEN DAN PANGGUL
Survei Abdomen dan Panggul
Perawat mengkaji ukuran, bentuk,
kesimetrisan, dan distensi abdomen. Apabila pasien akan menjalani bedah
abdomen, maka perawat harus sering melakukan pengkajian pascaoperatif pada
insisi abdomen dan membandingkan hasilnya dengan data yang diperoleh pada fase
pascaoperatif. Distensi menunjukkan adanya perubahan fungsi gastrointestinal
pada fase pascaoperatif. Perawat harus mengetahui apakah abdomen pasien
menonjol atau mengalami distensi setelah pembedahan.
Hepar berperan penting dalam biotransformasi
senyawa-senyawa anestesi. Oleh karena itu, segala bentuk kelainan hepar berefek
pada bagaimana anestensi tersebut di metabolisme. Karena penyakit hepar akut
berkaitan dengan mortalitas bedah yang tinggi, maka perbaikan fungsi hepar pada
fase praoperatif sangat diperlukan. Pengkajian yang cermat dilakukan dengan
berbagai pemeriksaan fungsi hepar.
Sistem Pencernaan
Pengkajian bising usus pada fase praoperatif
berguna sebagai data dasar. Perawat juga menentukan apakah pergerakan usus
pasien teratur. Apabila pembedahan memerlukan manipulasi saluran
gastrointestinal atau pasien diberikan anestesi umum, maka peristalik tidak
akan kembali normal dan bising usus akan hilang atau berkurang selama beberapa
hari setelah operasi.
Sistem Perkemihan
Ginjal terlibat dalam eksrkresi obat-obat
anestesi dan metabolitnya. Status asam basa dan metabolisme merupakan
pertimbangan penting dalam pemberian anestesi. Pembedahan dikontraindikasikan
bila pasien menderita nefritis akut, insufisiensi renal akut dengan oliguri
atau anuri, atau masalah-masalah renal akut lainnya, kecuali kalau pembedahan
merupakan satu tindakan penyelamat hidup atau amat penting untuk memperbaiki
fungsi urinari, seperti pada obstruksi uropati.
INTEGUMEN DAN MUSKULOSKELETAL
Sistem Integumen
Perawat menginspeksi kulit di seluruh
permukaan tubuh secara teliti. Perhatian utama ditujukan pada daerah tonjolan
tulang seperti siku, sakrum, dan skapula. Selama pembedahan, pasien harus
berbaring dalam satu posisi tertentu dan bisanya sampai beberapa jam. Dengan
demikian, pasien rentan mengalami ulkus tekan atau dekubitus terutama jika
kulit pasien tipis, kering, dan turgor kulintya buruk. Kondisi keseluruhan
kulit juga menunjukkan kadar hidrasi pasien. Lansia berisiko mangalami gangguan
integritas kulit akaibat posisi dan pergeseran di atas meja ruang operasi yang
dapat menyebabkan kulit lecet dan tertekan. Lakukan palpasi dengan mencubit
kulit untuk menentukan tingkat hidrasi tubuh.
Kaji kondisi jari untuk menilai adanya tanda
sianosis perifer. Perawat juga perlu mengkaji adanya jari tubuh (clubbing
finger) pada kuku jari tangan pasien, yang mengindikasikan adanya penyakit
paru dan mungkin dapat menimbulkan kesulitan setelah pasien diberikan anestesi.
Sistem Muskuloskeletal
Periksa adanya deformitas atau kelainan
bentuk pada seluruh ekstremitas, meliputi adanya benjolan, ketidaksejajaran
pada seluruh fungsi skeletal dan kemampuan dalam melakukan rentang gerak sendi.
Periksa adanya kondisi kelemahan atau kelumpuhan dari fungsi seluruh
ekstremitas. Ditemukannya kelainan akan memberikan data dasar untuk pemenuhan
informasi pascabedah terutama dalam melakukan latihan pergerakan sendi
pascabedah.
Pemeriksaan Diagnostik
Sebelum pasien menjalani pembedahan, dokter
bedah akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan dagnostik guna memeriksa
adanya kondisi yang tidak normal. Banyak pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik seperti EKG dan foto dada tidak lagi dilakukan secara rutin untuk
pasien yang menjalani bedah sehari karena biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemeriksaan tersebut tidak efektif jika pasien sehat dan tidak menunjukkan
gejala yang tidak normal (Rothrock, 2000). Pemeriksaan skrining rutin terdiri
dari pemeriksaan darah lengkap, analisis elektrolit serum, koagulasi, kreatinin
serum dan urinalis. Apabila pemeriksaan diagnostik menunjukkan masalah yang
berat, maka ahli bedah dapat membatalkan pembedahan samapai kondisi pasien
stabil.
Perawat bertanggung jawab mempersiapkan dalam
klien untuk menjalani pemeriksaan diagnostik dan mengatur agar pasien menjalani
pemeriksaan yang lengkap. Perawat juga harus mengkaji kembali hasil pemeriksaan
diagnostik yang perlu diketahui dokter untuk membantu merencanakan terapi yang
tepat.
Pemeriksaan Skrining Tambahan
Apabila pasien berusia lebih dari 40 tahun
atau mempunyai penyakit jantung, maka dokter mungkin akan meminta pasien untuk
menjalani pemeriksaan sinar-X dada atau EKG. Pada beberapa prosedur bedah
tertentu sepetti bedah saraf, jantung, dan urologi, diperlukan pemeriksaan
canggih untuk menegakkan diagnosis prabedah, misalnya MRI, CT-Scan, USG
Doppler, IPV, Echocardiography, dana lainnya sesuai dengan kebutuhan
diagnosis prabedah.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRAOPERATIF
Perawat menggolongkan karakteristik tertentu
yang diperoleh selama pengkajian untuk mengindetifikasikan diagnosis
keperawatan yang tepat bagi pasien bedah. Diagnosis menentukan arah perawatan
yang akan diberikan pada satu atau seluruh tahap pembedahan. Diagnosis
keperawatan praoperatif memungkinkan perawat untuk melakukan tindakan
pencegahan dan perawatan, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan selama
tahap intraoperatif dan pascaanestesi sesuai dengan kebutuhan pasien.
Berikut ini adalah diagnosis keperawatan
berdasarkan pengkajian keperawatan yang lazim dilaksanakan.
1. Ansietas
berhiubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan
dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif.
2. Koping
individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis pembedahan, ancaman
kehilangan organ atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan, dan ketidakmampuan
menggali koping efektif.
3. Kurang
pengetahuan tentang implikasi pembedahan berhubungan dengan kurang penglaman
tentang operasi, kesalahan informasi.
RENCANA KEPERAWATAN PRAOPERATIF
Pasien bedah perlu diikutsertakan dalam
pembuatan rencana perawatan. Dengan melibatkan pasien sejak awal,
kesulitan pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan bedah, risiko pembedahan, dan komplikasi pascaoperatif dapat
diminimalkan. Misalnya, riset keperawatan menunjukkan bahwa penyuluhan praoperatif
yang diberikan secara terstruktur dapat mempersingkat waktu rawat pasien di rumah sakit (Dalayon(1994) dalam Potter
(2006)).
Rasa takut pasien yang telah diinformasikan
tentang pembedahan akan menurun dan pasien akan mempersiapkan diri untuk
berpartisipasi dalam tahap pemulihan pascaoperatif sehingga hasil yang
diharapkan dapat tercapai (Potter, 2006). Keluarga juga merupakan elemen
penting dalam memahami hasil akhir yang telah ditetapkan untuk mencapai
pemulihan. Pada setiap diagnosis, perawat menetapkan tujuan perawatan dan hasil
akhir yang harus dicapai untuk memastikan pemulihan atau mempertahankan status
praoperatif pasien.
Untuk pasien bedah sehari, tahap perencanaan
praoperatif dilakukan di rumah atau di unit bedah sehari pada pagi hari sebelum
pasien menjalani operasi. Idealnya, tahap ini dilakukan di rumah dengan cara
perawat menelepon pasien di rumah dan di unit bedah dan/ atau tempat praktik
dokter dan menjelasakan tentang informasi dan instruksi praoperatif. Cara ini
memberi waktu pada pasien untuk memikirkan operasi yang akan dijalaninya,
melakukan persiapan fisik yang diperlukan (misalnya, mengubah diet atau
berhenti minum obat), dan bertanya tentang prosedur pascaoperatif. Pasien bedah
sehari biasanya pulang ke rumah pada hari yang sama dengan di laksanakannya
prosedur operasi. Keluarga atau pasangan pasien juga dapat berperan sebagai
pendukung aktif bagi pasien.
Rencana keperawatan berikut merupakan hal
yang lazim dilaksanakan pada periode praoperatif dari ruang rawat inap dan
bagian emergensi. Penetapan tujuan dalam waktu 1 x 24 jam hanya dikhususkan
apabila pembedahan dilakukan secara efektif dari ruang rawat inap.
Ansietas berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan dan hasil
akhir pascaoperatif.
|
|
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam tingkat kecemasan
pasien berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
·
Pasien menyatakan kecemasannya berkurang
·
Pasien mampu mengenali perasaan ansietasnya
·
Pasien dapat mengidentifikasikan penyebab atau
faktor yang memengaruhi ansietasnya
·
Pasien kooperatif terhadap tindakan
·
Wajah pasien tampak rileks
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Bantu pasien
mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.
|
Ansietas berkelanjutan
memberikan dampak seramgan jantung.
|
Kaji tanda asietas verbal
dan nonverbal. Dampingi pasien dan lakukan tindakan bila pasien mulai
menunjukkan prilaku merusak.
|
Reaksi
verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan gelisah.
|
Jelaskan tentang
prosedur pembedahan sesuai jenis operasi.
|
Pasien yang teradapatasi
dengan prosedur pembedahan yang akan dilaluinya akan merasa lebih nyaman.
|
Beri dukungan prabedah
|
Hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien
akan mememgaruhi peneriamaan pasien terhadap pembedahan. Aktif mendengar
semua kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah bagain penting dari
evaluasi praoperatif. Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan
dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan atau kejadian pascaoperatif yang
diharapkan akan menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap
anestesi.
Bagi sebagian besar pasien, pembedahan adalah suatu
peristiwa hidup yang bermakna. Kemampuan perawat dan dokter untuk memandang
pasien dan keluarganya sebagai manusia
yang layak untuk didengarkan dan diminta pendapat ikut menentukan hasil
pembedahan.
Egbert et al. (1963) dalam Gruendemann (2006)
memperlihatkan bahwa kecemasan pasien yang dikunjungi dan diminta pendapat
sebelum operasi akan berkurang saat tiba di kamar operasi dibandingkan mereka
yang hanya sekedar diberi premedikasi dengan fenobarbital. Kelompok yang mendapat premedikasi melaporkan rasa
mengantuk, tetapi tetap cemas.
|
Hindari konfrontasi
|
Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan
kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.
|
Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh
istirahat.
|
Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak diperlukan.
|
Tingkatkan kontrol sensasi pasien.
|
Kontrol sensasi pasien dalam menurunkan ketakutan
dengan cara memberikan informasi tentang keadaan pasien, menekankan pada
penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang positif,
membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, dan memberikan
respons balik yang positif.
|
Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan
aktivitas yang diharapkan.
|
Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
|
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
ansietasnya.
|
Dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan terhadap
kehawatiran yang tidak diekpresikan.
|
Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat.
|
Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan,
menghilangkan rasa cemas, dan prilaku adaptasi. Kehadiran keluarga dan
teman-teman yang dipilih pasien untuk menemani aktivitas pengalih (misalnya:
membaca akan menurunkan perasaan terisolasi).
|
Kolaborasi
Berikan anticemas sesuai indikasi, contohnya diazepam.
|
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
|
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan
prognosis pembelahan, ancaman kehilangan organ atau fungsi tubuh dari
prosedur pembedahan, dan ketidakmampuan menggali koping efektif.
|
|
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pasien
mampu mengembangkan koping yang positif.
Kriteria evaluasi:
· Pasien
kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
· Pasien
mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi
dan perubahan yang terjadi.
· Pasien
mampu menyatakan peneriamaan diri terhadap situasi.
· Pasien
mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa harga diri yang negatif.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan
dengan derajat ketidakmampuan.
|
Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana
perawatan atau pemilihan intervensi.
|
Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada
pasien.
|
Beberapa pasien dapat menerima dan mengatur perubahan
fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sedangkan yang lain
mempunyai kesulitan dalam membandingkan mengenal, dan mengatur kekurangan.
|
Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaan.
|
Menunjukkan penerimaan, membantu pasien untuk mengenal
dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.
|
Catat ketika pasien menyatakan sekarat, mengingkari,
dan menyatakan inilah kematian.
|
Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan
negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan
intervensi serta dukungan emosional.
|
Mengingatkan pasien tentang fakta dan realita bahwa
pasien masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi
yang sehat.
|
Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat menerima
kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan pasien untuk
meraskan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
|
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki
kebiasaan.
|
Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan
mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
|
Anjurkan orang terdekat pasien untuk mengizinkan pasien
melakukan hal sebanyak-banyaknya.
|
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu
perkembangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.
|
Dukung prilaku atau usaha seperti peningkatan minat
atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
|
Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
pengertian tentang peran individu masa mendatang.
|
Dukung penggunaan alat-alat yang dapat membuat pasien,
tongkat, alat bantu jalan, tas panjang untuk kateter.
|
Meningkatkan kemandirian untuk membantu pemenuhan
kebutuhan fisik dan menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalam kegiatan
sosial.
|
Monitor gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi,
letargi, dan meanrik diri.
|
Dapat mengindikasikan terjadinya depresi. Umumnya
memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
|
Kolaborasi
Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada
indikasi.
|
Dapat memfasilitasi perubbahan peran yang penting untuk
perkembangan perasaan.
|
Kurangnya pengetahuan tentang implikasi pembedahan
berhubungan dengan kurang pengalaman tentang operasi dan kesalahan informasi.
|
|
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam
pengetahuan pasien dan keluarga tentang pembedahan dapat terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
· Pasien
dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan.
· Pasien
dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
· Pasien
dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk
melakukan aturan atau prosedur prabedah yang telah dijelaskan.
· Pasien
dan keluarga memahami tahap-tahap intraoperatif daan pascaanestesi.
· Pasien
dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi mengenai itervensi
prosedur pascaanestesi.
· Pasien
dan keluarga mengunkapkan alasan pada setiap instruksi dan latihan
praoperatif.
· Pasien
dan keluarga memahami respons pembedahan secara fisiologis dan psikologis.
· Secara
subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosinonal.
· Pasien
mampu menghindarkan cedera selama periode perioperatif.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji tingkat pengetahuan dan sumber informasi yang
telah diterima.
|
Menjadi data dasar untuk memberikan pendidikan
kesehatan dan mengklarifikasi sumber yang tidak jelas.
|
Diskusikan perihal jadwal pembedahan.
|
Pasien dan keluarga harus diberikan mengenai waktu
dimulianya pembedahan. Apabila rumah sakit mempunyai jadwal kamar operasi
yang padat, maka lebih baik pasien dan keluarga diberitahukan tentang
banyaknya jadwal operasi yang telah ditetapkn sebelum pasien.
|
Diskusikan perihal lamanya pembedahan.
|
Kurang bijaksana bila memberitahukan pasien dan
keluarganya tenetang lamanya waktu operasi yang akan dijalani. Penundaan yang
tidak antisipasi dapat terjadi karena berbagai alasan. Apabila pasien tidak
kembali pada waktu yang diharapkan, maka keluarga akan menjadi sangat cemas.
Anggota keluarga harus menunggu di ruang tunggu bedah untuk mendapat berita
yang terbaru dari staf.
|
Lakukan pendidikan kesehatan paroperatif.
|
Manfaat dasri instruksi praoperatif telah dikenal sejak
lama. Setiap pasien diajarkan sebagai seorang individu, dengan mempertimbangkan
segala keunikan tingkat ansietas, kebutuhan, dan harapan-harapannya.
|
Programkan instruksi yang didasrkan pada kebutuhan
individu, direncanakan, dan diimplementasikan pada waktu yang tepat.
|
Jika sisi penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum
pembedahan, maka pasien mungkin tidak ingat tentang apa yang telah dikatakan.
Jika instruksi diberikan terlalu dekat dengan waktu pembedahan, maka pasien
mungkin tidak dapat berkonsentrasi atau belajar karena ansietas dan efek dari
medikasi praanestesi.
|
Beritahu persiapan pembedahan.
· Persiapan
intestinal.
|
Pembersihan dengan enema atau laksatif mungkin
dilakukan pada malam sebelum operasi dan diulang jika tidak efektif.
Pembersihan ini dilakukan untuk mencegah defekasi selama anestesi atau untuk
mencegah trauma yang tidak diinginkan pada intestinal selama pembedahan
abdomen.
|
· Persiapan
kulit.
|
· Tujuan
dari persiapan kulit praoperatif adalah untuk mengurangi sumber bakteri tanpa
mencederai kulit. Bila ada waktu, seperti pada bedah efektif, pasien dapat
diinstruksikan untuk menggunakan sabun yang mengandung deterjen germisida
untuk membersihkan area kulit selama beberapa hari sebelum pembedahan. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi jumlah organisme yang ada kulit. Persiapan ini
dapat dilakukan di rumah.
· Sebelum
pembedahan, pasien harus mandi air hangat, relaksasi, serta menggunakan sabun
yang mengandung iodine. Meskipun hal ini sering dilakukan pada hari
pembedahan, tetapi jadwal pembedahan membuat hal tersebut dilakukan pada
malam sebelumnya.
· Tujuan
menjadwalkan mandi pembersihan sedekat mungkin dengan waktu pembedahan adalah
untuk mengurangi risiko kontaminasi kulit terhadap luka bedah. Mencuci rambut
sehari sebelum pembedahan sangat disarankan kecuali kondisi pasien tidak
memungkinkan hal tersebut.
|
· Pembersihan
area operasi.
|
Kulit di sekitar area operatif sangat disarankan untuk
tidak dicukur. Selama mencukur, kulit mungkin mengalami cedera oleh silet dan
menjadi pintu masuknya bakteri. Jaringan yang cedera ini dapat menjadi tempat
pertumbuhan bakteri. Selain itu, semakin jauh interval antara bercukur dan
operasi, maka makin tinggi pula angka infeksi luka paroperatif. Kulit yang
dibersihkan dengan baik tetapi tidak cukur lebih jarang menyulitkan dibanding
dengan kulit yang dicukur.
|
· Pencukuran
area operasi.
|
Pencukuran area operasi dilakukan apabila protkol
lembaga atau ahli bedah mengharuskan kulit untuk dicukur. Pasien
diberitahukan tentang prosedur mencukur, dibaringkan dalam posisi yang
nyaman, dan tidak memajan bagian yang tidak perlu.
|
Informsikan perihal persiapan pembedahan.
· Persiapan
istirahat dan tidur.
|
· Istirahat
merupakan hal yang penting untuk penyembuhan normal. Kecemasan tentang
pembedahan dapat dengan mudah mengganggu kemampuan untuk istirahat atau
tidur. Kondisi penyakit yang membutuhkan tindakan pembedahan mungkin akan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat sehingga mengganggu istirahat.
· Perawat
harus memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk pasien. Dokter
sering memberi obat hipnotik-sedatif atau antiansietas pada malam hari
sebelum pembedahan. Obat-obatan hipnotik-sedatif seperti flurazepam (Dalmane)
dapat menyebabkan dan mempercepat pasein tidur. Obat-obatan antianietas,
misalnya: alprazolam (xanax) dan diazepam (Valium), bekerja pada korteks
serebral dan sistem limbik untuk menghilangkan ansietas.
|
· Persiapan
rambut dan kosmetik.
|
Untuk menghindari cedera, perawat meminta pasien untuk
melepas jepit rambutnya sebelum masuk ke ruang operasi. Rambut palsu juga
harus di lepas. Rambut panjang dapat dikepang agar tetap pada tempatnya.
Pasien harus memakai tutup kepala sebelum memasuki ruang operasi.
Selama dan setelah pembedahan, ahli anestesi dan
perawat mengakaji kulit dan membran mukosa untuk menentukan status oksigenasi
dan sirkulasi pasien. Oleh karena itu, seluruh riasan muka seperti lipstik,
bedak, pemerah muka, dan cat kuku harus dihilangkan untuk memperlihatkan
warna kulit dan kuku yang normal.
|
· Pemeriksaan
alat bantu (protese) dan perhiasan.
|
Semua alat bantu dan perhiasan harus dilepas.
|
· Persiapan
administrasi dan informed consent.
|
Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan mengetahui
perihal biaya pembedahan. Pasien sudah mendapat penjelasan dan menandatangani
informed consent.
|
Ajarkan aktivitas pascaoperasi.
· Latihan
panas diafragma.
|
· Salah
satu tujuan dari asuhan keperawatan praoperatif adalah untuk mengajarkan
pasien cara untuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setalah
anestesi umum. Hal ini dicapai dengan memeragakan pada pasien bagaimana
melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal), dan
bagaimana mengembuskan napas dengan lambat. Pasien diposisikan dalam posisi
duduk untuk memberikan ekspansi paru yang maksimum.
· Peranapasan
diafragma mengacu pada pendataran rongga dafragma selama inspirasi sehingga
mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara
masuk. Selama ekspirasi, otot-otot abdomen akan berkontraksi.
|
· Ajarkan
latihan batuk efektif dan gunakan bantal untuk mengurangi respons nyeri.
|
· Tujuan
dari latihan batuk efektif adalah untuk memobilisasi sekret sehingga dapat
dikeluarkan. Napas dalam yang dilkukan sebelum batuk akan merangsang refleks
batuk. Jika pasien tidak dapat batuk secara efektif, maka dapat terjadi
pneumonia hipostatik atau komplikasi paru lainnya.
· Bila
akan dilakukan insisi abdomen atau toraks, maka perawat memeragakan bagaimana
cara menyokong garis insisi sehingga tekanan dapat diminimalisasikan dan
nyeri dapat di kontrol.
|
Ajarkan
aktivitas pascaoperasi
· Latihan
tungkai.
|
· Tujuan
peningkatan pergerakan tubuh secara hati-hati setalah operasi adalah untuk
memperbaiki sirkulasi, mencegah statis vena, dan menunjang fungsi pernapasan
yang optimal.
· Pasien
ditunjukkan bagaimana cara untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya dan
mengambil posisi lateral. Posisi ini akan digunakan setelah operasi (bahkan
sebelum pasien sadar) dan
dipertahankan setiap dua jam.
· Latihan
ekstremitas meliputi ekstensi dan fleksi lutut dan sendi panggul (sama dengan
mengendarai sepeda tapi dengan posisi berbaring miring). Telapak kaki diputar
seperti membuat lingkaran sebesar
mungkin. Siku dan bahu juga ditalih ROM. Pada awalnya pasien akan dibantu dan
diingatkan untuk melakukan latihan ini, tetapi selanjutnya dianjurkan untuk
melakukan latihan secara mandiri. Tonus oto dipertahankan sehingga ambulasi
akan lebih mudah dilakukan.
· Perawat
diingatkan untuk tetap menggunakan pergerakan tubuh yang tepat dan
mengintruksikan pasien untuk melakukan hal yang sama. Ketika pasien
dibringkan dalam posisi apa saja, tubuhnya harus dipertahankan dalam
kelurusan yang sesuai.
|
Ajarkan
teknik manajemen nyeri keperawatan
· Atur
posisi imobilisasi pada area pembedahan.
|
Imobilisasi
yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur
utama kompresi saraf dan nyeri.
|
· Manajemen
lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung dan istirahatkan pasien.
|
Lingkungan
yang tenang akan menurunkan stimulasi nyeri ekskternal. Pembatasan pengunjung
akan membantu meingkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurnga
apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. Istirahat akan menurunkan
kebutuhan O2 jaringan perifer.
|
· Ajarkan
teknik distraksi untuk mengurangi nyeri.
|
Distraksi
(pengalihan perhatian) dapat menrunkan stimulasi internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblokir serptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks sereberi, sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
|
· Berikan
manajemen sentuhan.
|
Manajemen
sentuhan pada saat nyeri berupa bentuk dukungan psikologis yang dapat
membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran dan suplai
darah serta oksigen ke area nyeri.
|
Beritahu
pasien dan keluarga kapan pasien bisa dikunjungi.
|
Pasien
akan mendapat manfaat bila mengetahui kapan keluarganya dan temannya bisa
dikunjungi setelah pembedahan.
|
TRANSPORTASI KE RUANGAN PRABEDAH
Transportasi
biasanya dilakukan dengan menggunakan brankar atau kursi roda. Idealnya,
perawat yang merawat pasien akan mangantar dan menemani pasien hingga ke
ruangan transir sementara. Pendekatan psikologis dengan membicarakan kondisi
rutin selain pembedahan dapat membantu pasien untuk lebih santai.
Ruang
Prabedah
Pengkajian
Di
sebagian besar rumah sakit, pasien lebih dulu masuk ke ruang prabedah. Pasien
dipindahkan ke ruang prabedah di atas tempat tidur atau barankar sekitar 15-30
menit sebelum anestesi dimulai. Barankar harus senyaman mungkin, dengan jumlah
selimut yang cukup untuk memastikan pasien tidak kedinginan. Bantal kecil di
kepala bisasnya diperbolehkan.
Di ruang prabedah, pasien akan bertemu dengan staf ruang
operasi yang menggunakan pakaian dan wajah tertutup masker sesuai dengan
kebijakan pengontrolan infeksi rumah sakit. Pada kondisi ini, pasien sudah
tidak ditemani oleh orang terdekat. Suasana ruangan yang terasa sunyi akan
memberikan kondisi yang berbeda pada pasien.
Perawat ruang transit sementara akan melakukan pengkajian
pasien, meliputi keabsahan pasien, jenis pembedahan, kamar operasi yang akan
dimasuki, jenis anestesi yanga akan digunakan, kelengkapan pemeriksaan
dagnostik, dan kelengkapan sarana pembedahan.
Meskipun pasien sudah mendapat medikasi paraoperatif, tampak
mengantuk, dan terlihat aman di atas brankar dengan sabuk pelindung di atasnya,
tetapi seorang perawat harus selalu ada di dekatnya. Dengan menugaskan perawat
bersama pasien akan memberikan ketenangan dan keamanan. Ketenangan dapat
dikomunikasikan secara verbal atau nonvebal melalui ekspresi wajah, tingkah
laku, genggaman hangat pada tangan, dan memperlihatkan wajah yang ramah oleh
perawat yang membantu menyiapkan pasien sebelum dipindahkan ke ruang bedah atau
ahli anestesi yang telah mengunjungi pasien sehari sebelum hari pembedahan.
Diagnosis keperawatan
Di ruang prabedah, diagnosis keperawatan yang
paling lazim ditegakkan adalah sebagai berikut :
1.
Kecemasan
berhubungan dengan suasana menjelang pembedahan
2.
Resiko
cedera perioperatif berhubungan dengan prosedur premedikasi anestesi
Rencana Intervensi dan Kriteria Evluasi
Kecemasan berhubungan dengan
suasana menjelang pembedahan
|
|
Tujuan: Kecemasan
pasien teradaptasi
Kriteria evalusasi: Pasien kooperatif terhadap intervensi prainduksi anestesi dan pasien
mendapat dukungan prainduksi.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Saat pasien masuk ruang sementara, sambut dengan ramah dan panggil pasien
dengan namanya.
|
Pasien yang merasa diterima oleh petugas ruang sementara akan mendapatkan
dukungan psikologis yang menurunkan stimulus rasa cemas.
Pemanggilan nama akan memberikan rasa aman pada pasien dan menegaskan
bahwa dia merupakan pasien yang benar untuk mendapat intervensi.
|
Bantu pasien untuk mengganti pakaian rawat inap dengan pakaian kamar
bedah.
|
Pasien dengan pembedahan efektif dari ruangan akan diganti bajunya di
ruang prabedah.
|
Beri lingkungan yang tenang dan jangan berbicara tentang pembedahan.
|
Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak diperlukan. Suasana tenang
akan meningkatkan efektifitas pemberian premedikasi. Perbincangan yang tidak
menyenangkan atau percakapan harus dihindari karena dapat diartikan bereda
oleh pasien yang mendapatkan sedatif.
|
Orientsikan pasien terhadap prosedur prainduksi dan aktivitas yang
diharapkan.
|
Orientsi dapat menurunkan kecemasan.
|
Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan ansitesnya.
|
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap keahwatiran yang tidak
diekspresikan.
|
Resiko
cedera perioperatif berhubungan dengan prosedur premedikasi anestesi
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Jelaskan
prosedur rutin prabedah
|
Perawat
perioperatif menjelaskan tahap-tahap yang akan dilaksanakan untuk menyiapkan
pasien menjalani pembedahan
|
Periksa
tanda-tanda vital prabedah
|
Prosedur
standar dalam melakukan prainduksi bedah dengan membandingkan hasil
tanda-tanda vital sewaktu di ruang rawat inap
|
Siapkan
sarana kateter IV dan obat-obatan premediksi
|
PiƱata
anestesi biasanya mempersiapkan sarana kateter IV yang berukuran besar agar pemasukan cairan menjadi lebih mudah
Obat-obat
premediksi dipertimbangkan secara individual . prosedur premediksi juga harus
diadaptasikan setelah mempertimbangkan factor lain, misalnya lama pembedahan
keseluruhan dan kebutuhan pemulihan pasca bedah yang segera pencapaian pemulihan
dan aktivitas yang cepat sangat penting dalam konteks
Obat
yang paling sering digunakan pada premediksi adalah dari golongan
benzodiazepine . diazepam adalah salah satu golongan benzodiazepine yang
mempunyai sifat tidak larut air sehingga apabila dilarutkan dengan air steril
akan memberikan rasa nyeri pada pemberian intravena. Waktu paruh eliminasi
diazepam adalah kira-kira 21-37 jam (kee, 1996) sehingga tidak
dipertimbangkann pada pemberian pasien one day surgery.
|
Lakukan
pemasangan kateterIV dan pertimbangan pemberian agen premediksi
|
Di
dalam ruang sementara , perawat, perawat anestesi. Atau ahli anestesi
memasang kareter infuse ketangan pasien untuk memberikan prosedur rutin
penggantian cairan dan obat-obatan melalui intravena. Pemasangan kateter IV
di ruang prabedah berfungsi untuk mempermudah intervensi premediksi.
|
Lakukan
pengiriman pasien ke kamar operasi
|
Perawat
memindahkan pasien ke kamar operasi dengan menggunakan brankar dengan pagar
terpasang, pasien biasanya masih sadar dan akan memperhatikan perawat dan
dokter menggunakan masker, pakain khusus, dan penutup mata untuk pembedahan
secara lengkap.
|
Lakukan
pengaturan posisi pada saat pemindahan pasien yang tidak memerlukan anestesi
dari brankar ke meja operasi
|
Pasien
dengan pembedahan dengan posisi terlentang yang tidak menggunakan anestesi
memerlukan pengaturan posisi dengan hati-hati. Petugas memindahkan pasien ke
atas meja operasi .pastikan brankar dan meja operasi telah terkunci.
|
No comments:
Post a Comment