Friday, July 2, 2010

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Trauma Dada

1. LATAR BELAKANG

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.

Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkirakan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di Amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di Amerika Serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25% .Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian.

Kerangka rongga toraks, merincing pada bagain atas torak dan berbentuk kerucut, terdiri dari sternum, 12 vertebra, 10 pasang iga yang terakhir di anterior dalam segmen tulang rawan, dan 2 pasang iga yang melayang. Kartilago dari enam iga pertama memisahkan artikulaso dari sternum; katilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk kostal-kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas klavikula dan atas organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.

Muskulatur. Muskulus-muskulus pektoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior toraks. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk palisan muskulus posterior dinding toraks. Tepi bawah muskulus pektoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris anterior, lengkungan dan muskulus latisimus dorsi dan teres mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.

Pleura. Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh arah dan limfatik. Di sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris,menambal kebocoran udara dan kapier. pleura viseralis menutup paru dan sifatnya tidak sensitive. pleura berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama pleura parietali, yang melapisi dinding dalam toraks dan diafragma. Kebalikan dengan pleura viseralis, pleura parietalis mendapatkan persarafan dari ujung saraf (nerveending); ketika terjadi penyakit atau cedera, mak timbul nyeri. Pleura parietalis memiliki ujung saraf untuk nyeri; hanya bila penyaki-penyakit menyebar ke pleura ini maka akan timbul. Pleura sedikit melebih tepi paru pada tiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru-paru normal; hanya ruang potensial yang masih ada.

Ruang interkostal. Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam, diikuti oleh tiga lapis muskulus-muskulus yang mengangkat iga selama respirasi tenang/normal. Vena, arteri nervus dari tiap rongga interkostal berada di belakang tepi bawah iga. Karena jarum torakosentetis atau klein yang digunakan untuk masuk ke pleura harus dipasang melewati bagian atas iga yang lebih bawah dari sela iga yang dipilih.

Diafragma. Bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam dan kartilagokosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal; bagian muskular melengkung membentuk tendo sentral. Nervis frenikus mempersarafi motorik, interkostal bahwa mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putung susu, turut berperan sekitar 75% dari ventilasi paru-paru selama respirasi biasa/tenang.

2. TUJUAN

Adapn yang menjadi tujuan dalam tugas ini adalah agar kita mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, serta konsep dasar keperawatan dari trauma dada.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. DEFINISI

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.

Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.

2. ETIOLOGI

· Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul dinding thorax.

· Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding thorax.

3. PATOFISIOLOGI

Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang sangat mudah terkena tumbukan luka.Karena dada merupakan tempat jantung, paru dan pembuluh darah besar.Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan.Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan osigen darah.Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil dan goresan yang dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka dada dapat berupa penetrasi atau non penetrasi ( tumpul ). Luka dada penetrasi mungkin disebabkan oleh luka dada yang terbuka, memberi keempatan bagi udara atmosfir masuk ke dalam permukaan pleura dan mengganggua mekanisme ventilasi normal. Luka dada penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi paru, kantung dan struktur thorak lain.

Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary ventilation/perfusion mismatch ( contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus )dan perubahan dalam tekanan intratthorax ( contoh : tension pneumothorax, pneumothorax terbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).

4. MANIFESTASI KLINIS

Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :

· Ada jejas pada thorak

· Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi

· Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi

· Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek

· Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan

· Penurunan tekanan darah

· Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher

· Bunyi muffle pada jantung

· Perfusi jaringan tidak adekuat

· Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung

5. PROGNOSIS

Ø Open Pneumothorak. Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura sehingga paru menjadi kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada dinding dada yang menghisap pada setiap inspirasi ( sucking chest wound ). Apabila luban ini lebih besar dari pada 2/3 diameter trachea, maka pada inspirasi udara lebih mudah melewati lubang dada dibandingkan melewati mulut sehingga terjadi sesak nafas yang hebat

Ø Tension Pneumothorak. Adanya udara didalam cavum pleura mengakibatkan tension pneumothorak. Apabila ada mekanisme ventil karena lubang pada paru maka udara akan semakin banyak pada sisi rongga pleura, sehingga mengakibatkan :

· Paru sebelahnya akan terekan dengan akibat sesak yang berat

· Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syokada perkusi terdengar hipersonor pada daerah yang cedera, sedangkan pada auskultasi bunyi vesikuler menurun.

Ø Hematothorak massif.Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Ada perkusi terdengar redup, sedang vesikuler menurun pada auskultasi.

Ø Flail ChestTulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada satu segmen dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi segmen akan menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk kedalam yang dikenal dengan pernafasan paradoksal

6. PENTALAKSANAAN

1. Bullow Drainage / WSDPada trauma toraks, WSD dapat berarti :

a. Diagnostik :Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shock.

b. Terapi :Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.

c. Preventive :Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.

2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :

a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.

b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.

c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :

· Penetapan slang.Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.

· Pergantian posisi badan.Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.

d. Mendorong berkembangnya paru-paru.

· Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.

· Latihan napas dalam.

· Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.

· Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.

f. Suction harus berjalan efektif :Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.

· Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.

· Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.

g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.

· Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.

· Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.

· Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu meng"klem" slang pada dua tempat dengan koche

· Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril.

· Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.

· Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.

h. Dinyatakan berhasil, bila :

· Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.

· Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.

· Tidak ada pus dari selang WSD.

3. Therapy

· Chest tube / drainase udara (pneumothorax).

· WSD (hematotoraks).

· Pungsi.

· Torakotomi.

· Pemberian oksigen.

· Antibiotika.

· Analgetika.

Kegawatan pada trauma dada yang menyebabkan kematian / Primary Survey adalah sebagai berikut :

· Gangguan Airway

Obstruksi Jalan nafas adanya sumbatan jalan nafas misal: gigi palsu.

Tindakan : Helmich Manuver, suction, tracheostomi

· Gangguan Breathing

ü Open Pneumothoraks

Pneumothorax terbuka ( Sucking chest wound ) Defek atau luka yang besar plada dinding dada yang terbuka menyebabkan pneumotoraks terbuka. Tekanan di dalam rongga pleura akan segera menjadi sama dengan tekanan atmosfir. Jika defek pada dinding dada mendekati 2/3 dari diameter trakea maka udara akan cenderung mengalir melalui defek karena mempunyai tahanan yang kurang atau lebih kecil dibandingkan dengan trakea. Akibatnya ventilasi terganggu sehingga menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia.

ü Tension Pneumothoraks

Penyebab tersering dari tension pneumothorax adalah komplikasi penggunaan ventilasi mekanik (ventilator) dengan ventilasi tekanan positif pada penderita dengan kerusakan pada pleura viseral.Tension pneumothorax dapat timbul sebagai komplikasi dari penumotoraks sederhana akibat trauma toraks tembus atau tajam dengan perlukaan parenkim paru tanpa robekan atau setelah salah arah pada pemasangan kateter subklavia atau vena jugularis interna. Tension pneumothorax jugadapat terjadi pada fraktur tulang belakang toraks yang mengalami pergeseran (displaced thoracic spine fractures). Tension pneumothorax ditandai dengan gejala nyeri dada, sesak, distres pernafasan, takikardi, hipotensi, hilangnya suara nafas pada satu sisi dan distensi vena leher.Sianosisi merupakan manifestasi lanjut.Karena ada kesamaan gejala antara tension pneumothorax dan tamponade jantung maka sering membingungkan pada awalnya tetapi perkusi yang hipersonor dan hilangnya suara nafas pada hemitoraks yang terkena pada tension pneumothorax dapat membedakan keduanya.

ü Flail Chest

Terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada.Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya semen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabkan hipoksia yang serius. Kesulitan utama pada kelainan Flail Chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi (kontusio paru). Flail Chest mungkin tidak terlihat pada awalnya, karena splinting (terbelat) dengan dinding dada. Gerakan pernafasan menjadi buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan tidak terkoordinasi.

· Gangguan Circulation

ü Hematothoraks Massif

Hemotoraks masif yaitu terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1.500 cc di dalam rongga pleura.Hal ini sering disebabkan oleh luka tembus yang merusak pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru.Hal ini juga dapat disebabkan trauma tumpul.Kehilangan darah menyebabkan hipoksia.

ü Tamponade Cordis

Tamponade jantung sering disebabkan oleh luka tembus.Walaupun demikian, trauma tumpul juga dapat menyebabkan perikardium terisi darah baik dari jantung, pembuluh darah besar maupun dari pembuluh darah perikard.Perikard manusia terdiri dari struktur jaringan ikat yang kaku dan walaupun relatif sedikit darah yang terkumpul, namun sudah dapat menghambat aktivitas jantung dan mengganggu pengisian jantung.

Identifikasi Scundary Survey (ATLS) :

ü Pneumothoraks sederhana

Pneumotoraks dikibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal.Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks.Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat trauma tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru.

ü Hematothoraks

Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul.Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi.Walaupun banyak faktor yang berperan dalam memutuskan perlunya indikasi operasi pada penderita hemotoraks, status fisiologi dan volume darah yang keluar dari selang dada merupakan faktor utama.

ü Trauma Tracheobronchial

Cedera ini jarang tetapi mungkin disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tembus, manifestasi klinisnya yaitu yang biasanya timbul dramatis, dengan hemoptisis bermakna, hemopneumothorax, krepitasi subkutan dan gawat nafas.Empisema mediastinal dan servical dalam atau pneumothorax dengan kebocoran udara masif. Penatalaksanaan yaitu dengan pemasangan pipa endotrakea ( melalui kontrol endoskop ) di luar cedera untuk kemungkinan ventilasi dan mencegah aspirasi darah, pada torakostomi diperlukan untuk hemothorax atau pneumothorax.

ü Trauma tumpul jantung

Trauma tumpul jantung dapat menyebabkan kontusio otot jantung, ruptur atrium atau ventrikel, ataupun kebocoran katup.Ruptur ruang jantung ditandai dengan tamponade jantung yang harus diwaspadai saat primary survey.Kadang tanda dan gejala dari tamponade lambat terjadi bila yang ruptur adalah atrium. Penderita dengan kontusio miokard akan mengeluh rasa tidak nyaman pada dada tetapi keluhan tersebut juga bisa disebabkan kontusio dinding dada atau fraktur sternum dan/atau fraktur iga.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Radiologi : X-foto thoraks.

2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.

3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.

4. Hemoglobin : mungkin menurun.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

· Aktivitas / istirahat

Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat. Sirkulasi

Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda

Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ. Integ

· Integritas Ego

Tanda : ketakutan atau gelisah.

· Makanan dan cairan

Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.

· Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala :Nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan

nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.

Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.

· Pernapasan

Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru

kronis, inflamasi,/infeksi paru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.

Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ;

fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.

· Keamanan

Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan.

· Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah

intratorakal/biopsy paru.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan tekanan pada rongga dada.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan kedalaman napas

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan tekanan pada rongga dada.

Tujuan : Nyeri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Intervensi :

1. Beri posisi yang nyaman dan menyenangkan pasien.

Rasional : Untuk menurunkan ketegangan otot.

2. Kaji adanya penyebab nyeri, seberapa kuatnya nyeri, minta paisen untuk menetapkan pada skala nyeri.

Rasional : Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhada terapi.

3. Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : Untuk mengidentifikasi adanya nyeri

4. Anjurkan istirahat yang cukup

Rasional : Untuk mengurangi energy yang berlebihan

5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik

Rasional : Untuk meningkatkan efektivitas pengobatan.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan kedalaman napas

Tujuan : Pola napas pasien teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Intervensi :

1. Awasi kecepatan/kedalaman pernafasan. Auskultasi bunyi napas, selidiki adanya sianosis.

Rasional : Pernapasan mengorok atau pengaruh anastesi menurunkan ventilasi.

Potensial atelektasis dan mengakibatkan hipoksia.

2. Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat.

Rasional : Mendorong pengembangan diafragma ekspansi paru optimal dan

meminimalkan tekanan isi abdomen pada rongga toraks.

3. Observasi TTV

Rasional : Mengetahui perkembangan klien.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan : Intoleransi aktivitas dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Intervensi ;

1. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tidak mampu dilakukan sendiri. Misalnya mandi, berpakaian, merapikan diri.

Rasional :Kebutuhan nutrisi terpenuhi seperti pada saat sebelum trauma..

2. Kaji penyebab ketidakmampuan pasien dalam memenuhi perawatan diri.

Rasional : Dengan mengetahui penyebab akan mempermudah dalam penanganan

masalah dan penerapan intervensi.

3. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.

Rasional : Mengurangi penggunaan energy berlebihan dan metabolism tubuh

sehingga dapat menambah kelemahan.

4. Anjurkan pasien untuk menggunakan tekhnik relaksasi.

Rasional : Mengurangi ketegangan otot/kelelahan, dapat membantu mengurangi

nyeri, spasme otot.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas.

Tujuan : Melaporkan peningkatan rasa sehat dengan merasa dapat

tidur/istirahat diantara gangguan, serta melaporkan perbaikan dalam pola tidur/istirahat dengan mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar.

Intervensi :

1. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.

Rasional :Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.

2. Berikan tempat tidur yang nyaman.

Rasional :Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis.

3. Instruksikan tindakan relaksasi, kurangi kebisingan dan lampu serta berikan posisi yang nyaman dan bantu dalam mengubah posisi.

Rasional :Membantu menginduksi tidur, memberikan situasikondusif untuk

tidur dan pengubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat.

komentar

Widget Recent Comments by dedy ari pebriana