Darah
rutin
|
Nilai
Rujukan
|
ü WBC
(White Blood Cell)
ü RBC (Red Blood Cell)
ü HGB
( Hemoglobin)
ü HCT
ü HCV
(Mean Corpuscle Volume)
ü MCH
(Mean Corpuscle Hemoglobin)
ü MCHC
(Mean Corpuscle Hemoglobin Consentrate)
ü PLT
ü LYM
(Lymposit)
ü MXD
(Monosit)
ü NEUT
(Netrofil)
ü RDW
(Red Cell Distribution White)
ü PDW
ü MPV
ü P-LCR
|
ü 4.0-10.0
x 103/mm3
ü 4.0-10.0
x 106/mm3
ü 12.0
– 16.0 g/dL
ü P : 40-50 %
W : 35-45 %
ü 80-97
mm3
ü 26.5-33.5
pg
ü 31.5-35.0
g/dL
ü 150-400
103/mm3
ü 20.0-40.0
%
ü 2.0-8.0
%
ü 52.0-75.0
%
ü 11-15
%
|
Sunday, March 24, 2013
nilai rujukan beberapa pemeriksaan lab.
ruptur tendon
v Apa yang di maksud dengan Ruptur Tendon
Tendon
achilles adalah tendon yang paling kuat dan paling besar dalam tubuh.Terdiri
dari stuktur tendinous ( melekatnya otot ke tulang ) yang dibentuk oleh
gabungan antara otot gastronemius dan otot soleus yang terdapat di betis.Tendon
ini melekat pada tulang tumit ( calcaneus ) dan menyebabkan kaki berjinjit
(plantar flexi ) ketika otot-otot betis berkontraksi.Tendon ini sangat penting
untuk berjalan,berlari dan melompat secara normal.Cidera karena olahraga dan
karena trauma pada tendon achilles adalah biasa dan bisa menyebabkan kecatatan.
Tendon achilles atau tendon
calcaneus adalah tendon pada bagian belakang tungkai bawah dan fungsinya untuk
meletakkan otot gastronemius dan otot soleus kesalah satu tulang penyusunan
pegelangan kaki,calcaneus. Tendon achilles berasal gabungan dari tiga otot
yaitu Gastronemius,soleus,dan otot plantaris kaki,Pada manusia letaknya tepat
dibagian pegelangan kaki.Tendon achilles adalah tendon tendon yang tertebal dan
terkuat pada tubuh manusia yang panjangnya 15 cm yang dimulai dari pertengahan
tungkai bawah.Kemudian stukturnya mengumpul dan melekat pada bagian tengah –
belakang tulang calcaneus.
Putusnya tendon Achilles itu adalah
keadaan dimana tendon besar itu di belakang pergelangan kaki itu pecah.
·
Gejala-gejala Ruptur
Tendon achilles
a. Pasien
merasa seolah-olah ia telah dipukul tepat pada tumitnya dan tidak bisa
berjinjit.
b. Apabila
ada robekan,suatu celah dapat dilihat dan tersa 5 cm diatas insersio tendon.
c. Plantar
flexi kaki akan lemah dan tidak disertai dengan tendon
·
Pertolongan pertama yaitu :
Pengobatan segera yang dilakukan yaitu istirahatkan
kemudian diberikan kompres es batu dan pengangkatan,tujuannya adalah untuk
meminimalkan pendarahan dalam pembengkakan serta untuk mencegah bertambah
parahnya cedera
·
Bagaimana cara mendiagnosanya?
Tiba-tiba ada rasa sakit di belakang pergelangan
kaki . pemeriksaan fisik menunjukkan celah di tendon dan tekanan otot betis
tidak menyebabkan gerakan-gerakan kaki.
·
Apa penyebabnya?
Putusnya paling sering terjadi selama olahraga yang
memerlukan semburan melompat, berputar, dan berlari. Yang paling sering adalah
tenis, bulu tangkis, bola basket, dan bulutangkis. Luka juga dapat terjadi
karena perjalanan tiba-tiba, tersandung atau jatuh dari ketinggian yang
penting.
·
Bagaimana mencegah?
Peregangan Tendon Achilles sebelum latihan, bahkan
pada awal hari membantu untuk mempertahankan fleksibilitas dalam sendi
pergelangan kaki. Masalah kaki dengan mekanik juga dapat diobati dengan
perangkat yang dimasukkan ke dalam tumit sepatu seperti alas kaki, lengkungan
mendukung dan adat ortho aksesoris.
·
Apa pengobatannya?
Perawatan sementara adalah mengkompres dengan
menggunakan es didaerah yang meradang untuk membantu memperlancar aliran darah
ke daerah, dan mengurangi rasa sakit yang terkait dengan peradangan. Tetapi
diperlukan pembedahan untuk memperbaiki tendon pecah, setelah operasi, pasien
juga memerlukan terapi Physio dimana terapis dapat membantu merenggangkan dan
program rehabilitasi untuk meningkatkan fleksibilitas terhadap achilles tendon.
v Akibat dari leukosit
meningkat adalah mengakibatkan penyakit Leukemia
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa leukemia adalah :
1.
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.
oleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3.
Nyeri yang berhubungan dengan efek
fisiologis dari leukemia
4.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
Intervensi keperawatan
1.
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
a) Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
b) Tempatkan anak dalam ruangan
khusus
Rasional :
untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
c) Anjurkan
semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan
dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan
pada organisme infektif
d) Gunakan teknik aseptik yang
cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah
kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
e) Evaluasi
keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini
penanganan infeksi
f) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut
dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah
medium yang baik untuk pertumbuhan organism
g)
Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk
penyembuhan dan regenerasi seluler
h)
Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung
pertahanan alami tubuh
i)
Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai
profilaktik atau mengobati infeksi khusus
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
a) Evaluasi
laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala
aktifitas sehari-hari
Rasional
: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b)
Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk
aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
c) Kaji kemampuan untuk
berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi
kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervens
d) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari
dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi
untuk tugas perawatan diri
3.
Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan
: pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima
anak
Intervensi :
a) Mengkaji
tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data
dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
b) Jika
mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat
akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa
tidak aman
c) Evaluasi
efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan
kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
d) Lakukan
teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik
tambahan
e) Berikan
obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya
nyeri
4. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas
Tujuan : pasien mempertahankan
integritas kulit
Intervensi :
a)
Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung
mengalami ulserasi
b)
Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang
sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
c)
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan
tanpa mengiritasi kulit
d)
Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit
kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa
agen kemoterapi
e)
Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi
atau trauma kulit
f)
Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah
keseimbangan nitrogen yang negative
v Akibat
dari leukosit menurun adalah mengakibatkan penyakit Demam Tifoid
Diagnosa Keperawatan
a.
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan masuknya kuman salmonella thypi ke usus halus.
b.
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan malabsorpsi usus,
adanya toksin dan penyempitan segemental usus
c.
Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan Output cairan yang
berlebihan (diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan terbatas.
d.
Konstipasi berhubungan dengan masukan cairan
buruk, diet rendah serat dan kurang latihan, inflamasi, iritasi, ditandai
dengan
Intervensi keperawatan
1.
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan masuknya kuman salmonella thypi ke usus halus.
Tujuan : Suhu badan dalam batas normal dengan criteria, Suhu badan 36– 37,5o c
Intervensi :
1.
Observasi tanda-tanda vital
R/ untuk mengetahui perubahan tanda-tanda vital terutama suhu klie
2.
Berikan kompres pada daerah
kepala dan lipatan tubuh.
R/ untuk merangsang hypothalamus dalam penurunan panas tubuh
3.
Anjurkan klien untuk minum
sebanyak mungkin sesuai kemampuan klien
R/ penggantian cairan yang hilang akibat evaporasi
4.
Anjurkan klien untuk memakai
pakaian yang tipis dan menyerap keringat
R/ untuk menghambat konveksi panas
5.
Kolaborasi pemberian obat
antipiretik sesuai indikasi
R/ antipiretik berguna untuk menurunkan
panas yang dialami oleh klien
2. Diare berhubungan dengan
inflamasi, iritasi dan malabsorpsi usus, adanya toksin dan penyempitan
segemental usus
Tujuan
: Klien akan melaporkan penurunan frekuensi defakasi, konsistensi
kembali normal.
Intervensi :
1.
Observasi dan catat ferkuensi defakasi, karekteristik, jumlah dan faktor
pencetus.
R/ : Membantu membedakan penyakit
individu dan mengkaji beratnya episode.
2. Tingkatkan
tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur.
R/ : Istirahat menurunkan motalitas usus juga
menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.
Defakasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak terkontrol,
peningkatan resiko inkontinensia/jatuh bila alat-alat tidak dalam jangkauan
tangan.
3. Buang feses dengan cepat dan berikan
pengharum ruangan.
R/ : Menurunkan
bau tak sedap untuk menghindari rasa malu klien.
4. Identifikasi makanan/cairan yang mencetuskan
diare.
R/ : Menghindari iritan dan meningkatkan
istirahat usus.
5. Observasi
demam, takhikardi, lethargi, leukositosis/leukopeni, penurunan protein serum,
ansietas dan kelesuan.
R/ : Tanda toksik megakolon atau perforasi dan
peritonitis akan terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
-
Antikolinergik.
R/ :
Menurunkan motalitas/peristaltik GI dan menurunkan sekresi digestif untuk
menghilangkan kram dan diare.
-
Steroid
R/ : Diberikan untuk menurunkan proses
inflamasi.
-
Antasida
R/ : Menurunkan iritasi gaster, mencegah
inflamasi dan menurunkan resiko infeksi pada kolitis.
-
Antibiotik
R/ : Mengobati infeksi supuratif lokal.
7. Bantu/siapkan
intervensi bedah.
R/ : Mungkin
perlu bila perforasi atau obstruksi usus terjadi atau penyakit tidak berespon
terhadap pengobatan medik.
3. Risiko defisit
volume cairan b/d Output cairan yang
berlebihan (diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan terbatas.
Tujuan :
Klien akan
menampakkan volume cairan adekuat/mempertahankan cairan adekuat dibuktikan oleh
membran mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler baik, TTV
stabil, keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi
:
1. Awasi masukan dan haluaran urine,
karakter dan jumlah feces, perkirakan IWL dan hitung SWL.
R/
: Memberikan informasi tentang
keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan
pedoman untuk penggantian cairan.
2. Observasi
TTV.
R/
: Hipotensi (termasuk postural),
takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.
3. Observasi adanya kulit
kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, prngisisan
kapiler lambat.
R/ : Menunjukkan
kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
4. Ukur BB tiap
hari.
R/ :
Indikator cairan dan status nutrisi.
5. Pertahankan
pembatasan peroral, tirah baring dan hindari kerja.
R/ :
Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan
usus.
6. Catat kelemahan otot
umum dan disritmia jantung
R/
: Kehilangan cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidak seimbangan
elektrolit. Gangguan minor pada kadar serum dapat mengakibatkan adanya dan/atau
gejala ancaman hidup.
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian :
- Cairan parenteral, transfusi darah sesuai
indikasi.
R/ : Mempertahankan istirahat usus
akan memerlukan penggatntian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemia.
-
Anti diare.
R/
: Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
-
Antiemetik
R/
: Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut.
-
Antipiretik
R/
: Mengontrol demam. Menurunkan IWL.
-
Elektrolit tambahan
R/
: Mengganti kehilangan cairan melalui oral dan diare.
4. Konstipasi b/d masukan cairan buruk, diet rendah serat
dan kurang latihan, inflamasi, iritasi, ditandai dengan : tidak ada feses.
Tujuan :
Klien akan menampakkan/melaporkan kembali pola fungsi usus yang
normal.
Intervensi :
1. Observasi bisisng usus.
R/
: Kembalinya fungsi GI mungkin terlambat oleh inflamasi intraperitoneal,
obat-obatan. Adanya bunyi abnormal menunjukkan adanya komplikasi.
2. Amati adanya keluhan nyeri abdomen.
R/
: Mungkin berhubungan adanya distensi gas atau terjadinya komplikasi.
3. Observasi gerakan usus. Amati feses,
konsistensi, warna dan jumlah.
R/ : Indikator kembalinya fungsi GI,
mengidentifikasi ketepatan intervensi.
4. Anjurkan makanan/cairan yang tidak
mengiritasi bila masukan oral diberikan.
R/ : Menurunkan risiko iritasi mukosa.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi.
R/ : Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik
dengan perlahan/evakuai feses.
5. Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik, secara medik masukan dibatasi
Tujuan :
Klien akan
menunjukkan/menampakkan BB stabil atau peningkatan BB sesuai sasaran dan tidak
ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
1. Timbang BB setiap hari
atau sesuai indikasi.
R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan
diet/keefektifan terapi.
2. Dorong tirah baring dan/atau pembatasan
aktifitas selama fase sakit akut.
R/
: Menurunkan kebutuhan metabolik
untuk mencegah penurunan kalori
dan simpanan energi.
3. Anjurkan istirahat sebelum makan.
R/
: Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
4. Berikan kebersihan
mulut terutama sebelum makan.
R/ : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa
makanan.
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
R/ : Lingkungan yang nyaman menurunkan
stress dan lebih kondusif untuk makan.
6. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram
abdomen, flatus.
R/ : Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.
7. Dorong klien untuk
menyatakan perasaan masalah mulai makanan/diet.
R/ : Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makan akan
menyebabkan eksaserbasi gejala.
8. Kolaborasi dengan tim gizi/ahli diet sesuai
indikasi, mis : cairan jernih berubah menjadi makanan yang dihancurkan, rendah
sisa, protein tinggi, tinggi kalori dan rendah serat.
R/ : Memungkinkan saluran usus untuk
mematikan kembali proses pencernaan. Protein perlu untuk penyembuhan integritas
jaringan. Rendah serat menurunkan respon peristaltik terhadap makanan.
9. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian :
- Preparat Besi.
R/ : Mencegah/mengobati anemi.
-
Vitamin B12
R/ : Penggantian
mengatasi depresi sumsum tulang karena proses inflamasi lama, Meningkatkan
produksi SDM/memperbaiki anemia.
-
Asam folat.
R/ : Kehilangan folat
umum terjadi akibat penurunan masukan/absopsi.
-
Nutrisi parenteral total,
terapi IV sesuai indikasi.
R/ : Program ini
mengistirahatkan GI sementara memberikan nutrisi penting.
Subscribe to:
Posts (Atom)