Sunday, March 24, 2013

nilai rujukan beberapa pemeriksaan lab.


Darah rutin
Nilai Rujukan
ü  WBC (White Blood Cell)  
ü  RBC   (Red Blood Cell)     
ü  HGB ( Hemoglobin)          
ü  HCT                                  

ü  HCV (Mean Corpuscle Volume)  
ü  MCH (Mean Corpuscle Hemoglobin)
ü  MCHC (Mean Corpuscle Hemoglobin Consentrate)
ü  PLT
ü  LYM (Lymposit)
ü  MXD (Monosit)
ü  NEUT (Netrofil)
ü  RDW (Red Cell Distribution White)
ü  PDW
ü  MPV
ü  P-LCR
ü  4.0-10.0 x 103/mm3
ü  4.0-10.0 x 106/mm3
ü  12.0 – 16.0 g/dL
ü  P   : 40-50 %
W  : 35-45 %
ü  80-97 mm3
ü  26.5-33.5 pg
ü  31.5-35.0 g/dL

ü  150-400 103/mm3
ü  20.0-40.0 %
ü  2.0-8.0 %
ü  52.0-75.0 %
ü  11-15 %

ruptur tendon


v  Apa yang di maksud dengan Ruptur Tendon
Tendon achilles adalah tendon yang paling kuat dan paling besar dalam tubuh.Terdiri dari stuktur tendinous ( melekatnya otot ke tulang ) yang dibentuk oleh gabungan antara otot gastronemius dan otot soleus yang terdapat di betis.Tendon ini melekat pada tulang tumit ( calcaneus ) dan menyebabkan kaki berjinjit (plantar flexi ) ketika otot-otot betis berkontraksi.Tendon ini sangat penting untuk berjalan,berlari dan melompat secara normal.Cidera karena olahraga dan karena trauma pada tendon achilles adalah biasa dan bisa menyebabkan kecatatan.
Tendon achilles atau tendon calcaneus adalah tendon pada bagian belakang tungkai bawah dan fungsinya untuk meletakkan otot gastronemius dan otot soleus kesalah satu tulang penyusunan pegelangan kaki,calcaneus. Tendon achilles berasal gabungan dari tiga otot yaitu Gastronemius,soleus,dan otot plantaris kaki,Pada manusia letaknya tepat dibagian pegelangan kaki.Tendon achilles adalah tendon tendon yang tertebal dan terkuat pada tubuh manusia yang panjangnya 15 cm yang dimulai dari pertengahan tungkai bawah.Kemudian stukturnya mengumpul dan melekat pada bagian tengah – belakang tulang calcaneus.
Putusnya tendon Achilles itu adalah keadaan dimana tendon besar itu di belakang pergelangan kaki itu pecah.
·         Gejala-gejala Ruptur Tendon achilles
a.       Pasien merasa seolah-olah ia telah dipukul tepat pada tumitnya dan tidak bisa berjinjit.
b.      Apabila ada robekan,suatu celah dapat dilihat dan tersa 5 cm diatas insersio tendon.
c.       Plantar flexi kaki akan lemah dan tidak disertai dengan tendon
·         Pertolongan pertama yaitu :
Pengobatan segera yang dilakukan yaitu istirahatkan kemudian diberikan kompres es batu dan pengangkatan,tujuannya adalah untuk meminimalkan pendarahan dalam pembengkakan serta untuk mencegah bertambah parahnya cedera
·         Bagaimana cara mendiagnosanya?
Tiba-tiba ada rasa sakit di belakang pergelangan kaki . pemeriksaan fisik menunjukkan celah di tendon dan tekanan otot betis tidak menyebabkan gerakan-gerakan kaki.
·         Apa penyebabnya?
Putusnya paling sering terjadi selama olahraga yang memerlukan semburan melompat, berputar, dan berlari. Yang paling sering adalah tenis, bulu tangkis, bola basket, dan bulutangkis. Luka juga dapat terjadi karena perjalanan tiba-tiba, tersandung atau jatuh dari ketinggian yang penting.
·         Bagaimana mencegah?
Peregangan Tendon Achilles sebelum latihan, bahkan pada awal hari membantu untuk mempertahankan fleksibilitas dalam sendi pergelangan kaki. Masalah kaki dengan mekanik juga dapat diobati dengan perangkat yang dimasukkan ke dalam tumit sepatu seperti alas kaki, lengkungan mendukung dan adat ortho aksesoris.
·         Apa pengobatannya?
Perawatan sementara adalah mengkompres dengan menggunakan es didaerah yang meradang untuk membantu memperlancar aliran darah ke daerah, dan mengurangi rasa sakit yang terkait dengan peradangan. Tetapi diperlukan pembedahan untuk memperbaiki tendon pecah, setelah operasi, pasien juga memerlukan terapi Physio dimana terapis dapat membantu merenggangkan dan program rehabilitasi untuk meningkatkan fleksibilitas terhadap achilles tendon.


v  Akibat dari leukosit meningkat adalah mengakibatkan penyakit Leukemia
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa  leukemia adalah :
1.       Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.       oleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3.        Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
4.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
Intervensi  keperawatan
1.       Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : tidak mengalami gejala-gejala infeksi
 Intervensi :
a)    Pantau suhu dengan teliti
       Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b)     Tempatkan anak dalam ruangan khusus
        Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
c)      Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
d)     Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
e)      Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
f)     Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
g)      Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
h)     Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
i)       Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
2.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
 Intervensi :
a)     Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b)     Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
c)    Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervens
d)   Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
       Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
3.   Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
Intervensi :
a)   Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
b)   Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
c)   Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
d)  Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
e)   Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
4.   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas
 Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
  Intervensi :
a)   Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
b)   Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
c)   Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
d)  Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
e)  Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
f)  Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative

v  Akibat dari leukosit menurun adalah mengakibatkan penyakit Demam Tifoid
Diagnosa Keperawatan
a.       Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan masuknya kuman salmonella thypi  ke usus halus.
b.      Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan malabsorpsi usus, adanya toksin dan penyempitan segemental usus
c.       Risiko defisit volume cairan  berhubungan dengan Output cairan yang berlebihan (diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan terbatas.
d.      Konstipasi berhubungan dengan masukan cairan buruk, diet rendah serat dan kurang latihan, inflamasi, iritasi, ditandai dengan
Intervensi  keperawatan
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan masuknya kuman salmonella thypi  ke usus halus.
Tujuan : Suhu badan dalam batas normal dengan criteria, Suhu badan 36– 37,5o c
Intervensi :
1.   Observasi tanda-tanda vital
R/ untuk mengetahui perubahan tanda-tanda vital terutama suhu klie
2.   Berikan kompres pada daerah kepala dan lipatan tubuh.
R/ untuk merangsang hypothalamus dalam penurunan panas tubuh
3.      Anjurkan klien untuk minum sebanyak mungkin sesuai kemampuan klien
R/ penggantian cairan yang hilang akibat evaporasi
4.   Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat
R/ untuk menghambat konveksi panas
5.   Kolaborasi pemberian obat antipiretik sesuai indikasi
R/ antipiretik berguna untuk menurunkan panas yang dialami oleh klien
2. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan malabsorpsi usus, adanya toksin dan penyempitan segemental usus
     Tujuan : Klien akan melaporkan penurunan frekuensi defakasi, konsistensi kembali normal.
            Intervensi :
     1. Observasi dan catat ferkuensi defakasi, karekteristik, jumlah dan faktor pencetus.
         R/ : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
            2.   Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur.
                  R/  : Istirahat menurunkan motalitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi. Defakasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak terkontrol, peningkatan resiko inkontinensia/jatuh bila alat-alat tidak dalam jangkauan tangan.
            3.   Buang feses dengan cepat dan berikan pengharum ruangan.
                   R/  :  Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu klien.
            4.   Identifikasi makanan/cairan yang mencetuskan diare.
                  R/  : Menghindari iritan dan meningkatkan istirahat usus.
            5.   Observasi demam, takhikardi, lethargi, leukositosis/leukopeni, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
                                    R/  : Tanda toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.
            6.   Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
-          Antikolinergik.
R/ : Menurunkan motalitas/peristaltik GI dan menurunkan sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare.
-          Steroid
            R/  : Diberikan untuk menurunkan proses inflamasi.
-          Antasida
            R/  : Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan menurunkan resiko infeksi pada kolitis.
-          Antibiotik
            R/  : Mengobati infeksi supuratif lokal.
            7.   Bantu/siapkan intervensi bedah.
                  R/  :  Mungkin perlu bila perforasi atau obstruksi usus terjadi atau penyakit tidak berespon terhadap pengobatan medik.
3. Risiko defisit volume cairan  b/d Output cairan yang berlebihan (diare berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan terbatas.
        Tujuan :
                  Klien akan menampakkan volume cairan adekuat/mempertahankan cairan adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler baik, TTV stabil, keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
         Intervensi :
1. Awasi masukan dan haluaran urine, karakter dan jumlah feces, perkirakan IWL dan hitung SWL.
     R/  :   Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
2.  Observasi TTV.
     R/  :   Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan/atau  efek kehilangan cairan.
3. Observasi adanya kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, prngisisan kapiler lambat.
     R/  : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
4. Ukur BB tiap hari.
    R/  : Indikator cairan dan status nutrisi.
5. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring dan hindari kerja.
    R/  : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
6. Catat kelemahan otot umum dan disritmia jantung
             R/  : Kehilangan cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit. Gangguan minor pada kadar serum dapat mengakibatkan adanya dan/atau gejala ancaman hidup.
          7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
- Cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.
         R/ : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggatntian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemia.
-    Anti diare.
         R/  : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
-    Antiemetik
         R/  : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut.
-    Antipiretik
         R/  : Mengontrol demam. Menurunkan IWL.
-    Elektrolit tambahan
         R/  : Mengganti kehilangan cairan melalui oral dan diare.

4. Konstipasi b/d masukan cairan buruk, diet rendah serat dan kurang latihan, inflamasi, iritasi, ditandai dengan : tidak ada feses.
            Tujuan :
            Klien akan menampakkan/melaporkan kembali pola fungsi usus yang normal.
            Intervensi :
            1.   Observasi bisisng usus.
                  R/   : Kembalinya fungsi GI mungkin terlambat oleh inflamasi intraperitoneal, obat-obatan. Adanya bunyi abnormal menunjukkan adanya komplikasi.
            2.   Amati adanya keluhan nyeri abdomen.
                  R/  : Mungkin berhubungan adanya distensi gas atau terjadinya komplikasi.
            3.   Observasi gerakan usus. Amati feses, konsistensi, warna dan jumlah.
                  R/  : Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi.
            4.   Anjurkan makanan/cairan yang tidak mengiritasi bila masukan oral diberikan.
                  R/  : Menurunkan risiko iritasi mukosa.
            5.   Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi.
                  R/  : Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuai feses.

  5.  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik, secara medik masukan dibatasi
            Tujuan :
            Klien akan menunjukkan/menampakkan BB stabil atau peningkatan BB sesuai sasaran dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
            Intervensi :
            1.   Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi.
                  R/  : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
            2.   Dorong tirah baring dan/atau pembatasan aktifitas selama fase sakit akut.
                  R/  : Menurunkan kebutuhan metabolik  untuk mencegah penurunan kalori  dan simpanan energi.
            3.   Anjurkan istirahat sebelum makan.
                  R/  : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
             4.   Berikan kebersihan mulut terutama sebelum makan.
                  R/  : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
            5.   Ciptakan lingkungan yang nyaman.
                  R/ : Lingkungan yang nyaman menurunkan stress dan lebih kondusif untuk     makan.
            6.   Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus.
                  R/  : Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala.
             7.   Dorong klien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makanan/diet.
                  R/ : Keragu-raguan untuk makan  mungkin diakibatkan oleh takut makan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
            8.   Kolaborasi dengan tim gizi/ahli diet sesuai indikasi, mis : cairan jernih berubah menjadi makanan yang dihancurkan, rendah sisa, protein tinggi, tinggi kalori dan rendah serat.
                   R/ : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali proses pencernaan. Protein perlu untuk penyembuhan integritas jaringan. Rendah serat menurunkan respon peristaltik terhadap makanan.
            9. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :
                - Preparat Besi.
                  R/ :   Mencegah/mengobati anemi.
-    Vitamin B12
      R/ : Penggantian mengatasi depresi sumsum tulang karena proses inflamasi lama, Meningkatkan produksi SDM/memperbaiki anemia.
-    Asam folat.
      R/ : Kehilangan folat umum terjadi akibat penurunan masukan/absopsi.
-    Nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
      R/ : Program ini mengistirahatkan GI sementara memberikan nutrisi penting.

komentar

Widget Recent Comments by dedy ari pebriana